Sering Makan ‘Fast Food’ dan ‘Mager’ Penyebab Banyak Anak Muda Kena Kanker

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Jumlah kasus baru kanker di Indonesia menurut data Global Cancer Study (Globocan) pada tahun 2020 sebanyak 396.914 kasus dengan total kematian sebanyak 234.511 orang. Baru-baru ini, kasus kanker yang lebih serius ditemukan terjadi pada kaum muda.

Menurut Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Prof. Dr. Dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP mengatakan banyak generasi muda yang terkena kanker karena gaya hidup yang mendukung berkembangnya sel kanker.

Gaya hidup yang tidak sehat, konsumsi makanan cepat saji dan kurangnya aktivitas menjadi salah satu faktor penyebabnya. “Kanker adalah penyakit, manusia melewati puluhan tahun dan akhirnya mengidap kanker setelah tinggal di lingkungan tertentu,” kata Profesor Aru pada peringatan 47 tahun Yayasan Kanker Indonesia (YKI): Bersama-sama kita menutup kesenjangan dalam perjuangan melawan kanker. Kanker di Jakarta, Rabu (24/4/2024). .

Menurutnya, pola hidup masyarakat saat ini lebih buruk dibandingkan sebelumnya. Masyarakat mengadopsi gaya hidup barat yang serba instan. Kondisi ini dapat mempercepat berkembangnya penyakit kanker.

“Misalnya kanker usus dulu hanya 10 persen pada usia di bawah 40 tahun. Sekarang 30 persen. Kanker bisa terjadi di usia muda. Jadi makanan cepat saji menjadi faktor utamanya,” ujarnya.

Sementara itu, dalam rangka HUT ke-47, YKI membuka dua jalur strategis untuk terus memberikan edukasi kanker. Pertama, Survivors dari Yayasan Kanker Indonesia (Kampiun) yang merupakan wadah para penyintas kanker yang juga mendukung para pejuang kanker.

Yang kedua, YKI TV, merupakan sarana informasi dan edukasi tentang penyakit kanker. Demi menjaga ketertiban kehidupan yang terus berubah, YKI memandang pentingnya organisasi yang adaptif dan adaptasi secara terus-menerus terhadap berbagai tatanan yang berkembang di Indonesia.

YKI menyongsong masa depan dengan terus beradaptasi dan beradaptasi sebagai organisasi yang dinamis. “Digitalisasi data dan informasi, kemajuan layanan pendukung antara lain klinik deteksi dini, perawatan paliatif, shelter, apotek, dan lain-lain akan menjaga keberlangsungan organisasi YKI,” pungkas Prof. Aru.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *