Psikolog Ungkap Tanda-tanda Anak Alami Kekerasan dari Orang Terdekat

Wartawan Tribunnews.com Rina Ayu melaporkan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Belakangan ini pemberitaan kekerasan terhadap anak semakin meningkat dan tersangkanya adalah orang terdekat, bahkan ayah kandungnya.

Dr Ike Herdiana MPC, psikolog dan psikolog sosial di Universitas Aerlang, menemukan banyak faktor yang mempengaruhi kekerasan pasangan intim.

Di sisi lain, masyarakat seringkali menormalisasi sikap kasar terhadap anak.

“Ada kemiskinan, kurangnya pendidikan, rendahnya pendidikan dan faktor pribadi lainnya.” Pelakunya bisa juga seseorang dari keluarga yang memiliki masa lalu buruk, atau menjadi korban, atau bahkan konflik dalam rumah tangga,” kata dr Ike dikutip dari laman Unair.ac.id, Minggu (7/4/2024).

Ia ingat, segala perbuatan orang dewasa terhadap anak akan meninggalkan jejak dan bayangan pada diri anak.

Jika orang tua dan kerabat terdekatnya tumbuh dan berkembang dengan baik, maka anak akan terus mendapatkan pengalaman yang baik.

Sebaliknya jika seorang anak dianiaya pada masa tumbuh kembangnya, maka anak tersebut akan tumbuh dengan citra yang buruk.

Hal ini mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya.

Dampak psikologis terhadap korban kekerasan dan pelecehan akan dikenang.

Lalu bagaimana cara mengenali anak yang menjadi korban kekerasan pasangan intim?

“Selain gejala fisik, dapat diamati dengan mimpi buruk, sulit tidur dan delusi, pandangan gelap, tiba-tiba menjadi pemberontak, serakah dan impulsif, takut terhadap orang yang mirip dengan penjahat, takut terhadap hal-hal yang berhubungan dengan penjahat. .. peristiwa yang mengancam diri sendiri.

Kemudian, segera pindahkan anak tersebut ke tempat aman yang jauh dari pelaku. Anak-anak tetap harus didampingi oleh anggota keluarga yang dapat bertanggung jawab atas kondisinya pasca kejadian.

Pisahkan segera anak dari pelaku, pertolongan psikologis tetap harus diberikan dan pelaku harus diadili, ujarnya.

Pencegahan yang dapat ditindaklanjuti:

Pertama, orang tua perlu menciptakan lingkungan rumah yang sehat dan ramah bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, disiplin mendidik anak harus tertib dan tanpa kekerasan.

Kedua, mereka tidak hanya mengenali ciri-ciri anak sebagai korban, namun orang tua juga harus melaporkan hal tersebut dan mendukung anak dalam proses identifikasi.

Ketiga, membangun hubungan yang positif dan harmonis dengan anak. Dukung aktivitas anak dan tingkatkan kesadaran anak akan hak-haknya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *