Posted in

“candi Borobudur Dalam Perspektif Kolonial”

Borobudur, salah satu mahakarya dunia yang jadi kebanggaan Indonesia, ternyata punya cerita seru saat zaman kolonial. Di balik kemegahan relief dan stupa-stupa, ada kisah menarik yang terkait dengan pandangan penjajah terhadap candi ini. Mulai dari proses penemuan kembali hingga pemugarannya, Borobudur punya sejarah panjang yang nggak boleh dilewatkan.

Jejak Kolonial di Borobudur

Saat bicara soal candi Borobudur dalam perspektif kolonial, bayang-bayang masa lalu seakan muncul kembali. Ditemukan kembali pada abad ke-19 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, gubernur jenderal asal Inggris, Borobudur kala itu sih cuma kayak gundukan tanah penuh semak belukar. Kolonial Belanda lantas melanjutkan penggalian dan penelitian. Dulu, Borobudur dianggap sebagai ‘mainan’ arkeologi sekaligus simbol eksotisme Timur oleh orang Barat. Padahal, bagi kita, ini lebih dari sekadar candi; ini jejak sejarah dan warisan nenek moyang, bro!

Penemuan Borobudur nggak serta merta bikin candi ini langsung dipuja-puja. Ada masa-masa ketika Borobudur dibiarkan terbengkalai. Barulah setelah beberapa tahun, pemugaran besar-besaran dilakukan. Candi Borobudur dalam perspektif kolonial menggambarkan bagaimana warisan budaya seperti ini kadang lebih dihargai oleh bangsa lain, sampai akhirnya kita sendiri sadar betapa berharganya peninggalan ini. Nah, sekarang tugas kita buat terus pelihara.

Pengaruh Penjajah pada Borobudur

1. Penemuan Kembali: Borobudur yang tertimbun ratusan tahun ditemukan oleh Raffles. Pandangan orang Eropa saat itu melihat candi Borobudur dalam perspektif kolonial lebih sebagai misteri daripada peninggalan budaya.

2. Penggalian dan Penelitian: Belanda melanjutkan “proyek” Raffles untuk menggali dan meneliti Borobudur. Dalam perspektif kolonial, ini seperti kerja keras para arkeolog yang dibalut rasa penasaran pada budaya Timur.

3. Simbol Eksotisme: Borobudur dianggap sebagai “temuan” yang eksotis dan mengagumkan oleh penjajah. Candi ini jadi destinasi impian bagi orang Eropa yang pengin pamer telah melihat sesuatu yang belum pernah ditemui di dunia Barat.

4. Pengabaian Sementara: Meski awalnya digali, Borobudur pernah terbengkalai hingga hampir kembali tertutup alam. Ini dalam pandangan kolonial adalah penilaian bahwa sebuah situs mungkin nggak dianggap terlalu penting.

5. Pemugaran Besar-Besaran: Usaha untuk memugar candi dari kerusakan yang makin parah dilakukan beberapa dekade kemudian. Penghargaan terhadap candi Borobudur dalam perspektif kolonial tumbuh seiring pemahaman lebih dalam tentang nilai sejarahnya.

Borobudur dan Pandangan Eropa

Borobudur dalam perspektif kolonial, khususnya mata orang Eropa, sering dianggap lebih dari sekadar bangunan batu. Bagi mereka, Borobudur adalah teka-teki peradaban Asia yang wajib dipecahkan. Arsitektur yang rumit dan relief yang detail memberikan gambaran tentang kehidupan purba yang asing bagi mereka. Betapa tidak, bagi bangsa Barat, Asia adalah sesuatu yang jauh dan magis. Pandangan kolonial menganggap Borobudur sebagai bukti nyata dari kedigdayaan masa silam yang penuh misteri.

Berbagai upaya dilakukan untuk mempelajari candi ini lebih dalam. Ilmuwan dan arkeolog menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk memahami Borobudur. Candi Borobudur dalam perspektif kolonial sering kali jadi alat untuk memperkenalkan “kemajuan” Barat ke Timur. Walau terdengar menjengkelkan, pandangan ini juga mendorong penelitian lebih mendalam yang bermanfaat untuk pelestarian Borobudur di masa modern.

Dampak Positif dan Negatif

Dalam perjalanan sejarah candi Borobudur dalam perspektif kolonial, ada efek positif dan negatif yang timbul. Pertama, pemugaran dan konservasi yang dilakukan membuat Borobudur selamat dari kehancuran. Intervensi kolonial di awal abad ke-20 membawa angin segar buat situs ini. Tapi, nggak bisa dimungkiri, ada sisi gelap dari eksploitasi dan pandangan sempit penjajah yang lebih mementingkan keuntungan daripada pelestarian budaya.

Selain itu, pandangan kolonial sering kali mengabaikan pengaruh lokal yang sudah ada. Perspektif dan narasi lokal kerap kali kalah oleh sudut pandang kolonial yang lebih dominan. Hal ini bisa membuat kita lupa pada arti dan fungsi asli dari candi Borobudur. Meskipun begitu, kita harus bisa mengambil pelajaran dari sejarah, baik buruk maupun baik, untuk menjaga warisan ini.

Melihat Borobudur Masa Kini

Ngomongin candi Borobudur dalam perspektif kolonial emang seru, tapi jangan lupa kita juga harus memperhatikan Borobudur masa kini. Setelah melewati berbagai zaman, Borobudur kini jadi salah satu destinasi wisata paling hits di Indonesia. Banyak turis lokal dan mancanegara yang datang buat melihat kemegahan candi ini. Borobudur bukan cuma soal sejarah, tapi juga soal bagaimana kita merawat kekayaan budaya dan memanfaatkannya untuk kebaikan bersama.

Sebagai generasi masa kini, kita bertugas menjaga dan melestarikan candi ini dengan sebaik-baiknya. Mempelajari sejarah Borobudur membuat kita lebih menghargai nilai budaya nenek moyang dan menjadikan candi ini bagian dari identitas nasional kita. Kini, Borobudur bukan hanya simbol masa lalu, tapi juga harapan masa depan agar kita tetap menjaga kekayaan budaya dengan bijak dan penuh kebanggaan.

Borobudur: Ikon Budaya dan Pariwisata

Menjelajahi Borobudur, kita nggak hanya bicara soal batu dan stupa. Ini adalah perjalanan menemukan jati diri bangsa dan pembelajaran berharga dari perspektif masa kolonial. Meski sempat dipandang sebelah mata, kini Borobudur menjelma jadi ikon budaya dan pariwisata yang diakui dunia. Candi ini mengajarkan betapa pentingnya pelestarian warisan budaya demi generasi mendatang.

Jadi, kalau hari ini kamu berkunjung ke Borobudur, ingatlah segala cerita di balik kemegahan itu. Ingatlah bahwa Borobudur lebih dari sekadar tempat wisata; ini adalah perjalanan sejarah yang harus kita jaga bersama. Dengan memahami candi Borobudur dalam perspektif kolonial, kita jadi tahu betapa berharganya menjaga warisan budaya untuk masa depan. Yuk, kita lestarikan Borobudur demi bangsa dan negara!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *