Yordania telah berjanji untuk menggunakan semua sumber dayanya untuk melawan upaya Israel mengusir warga Palestina dari Tepi Barat
TRIBUNNEWS.COM – Ketika Mesir prihatin dengan agresi militer Israel di Rafah, Gaza selatan, Yordania juga menyatakan keprihatinannya atas pendudukan militer di properti besar di Tepi Barat.
Rafah dan Tepi Barat merupakan wilayah perbatasan sensitif bagi Mesir dan Yordania.
Upaya Israel yang bertujuan untuk mengusir warga Palestina dari rumah mereka telah menimbulkan kekhawatiran akan migrasi massal ke perbatasan negara-negara sekitarnya.
Negara Mesir dan Yordania sangat menentang Israel dalam hal ini, karena masalah pengungsi dapat menimbulkan masalah stabilitas dan keamanan bagi masing-masing negara.
Untuk mencegah pendudukan warga Palestina, Menteri Luar Negeri dan Ekspatriat Yordania, Ayman Safadi, mengumumkan pada Minggu (9 Januari 2024) bahwa Yordania dilengkapi dengan segala sumber daya untuk melawan upaya pengusiran warga Palestina dari tanah pendudukan atau ke luar negeri.
Pada postingan di atas
“Kami menolak pernyataan menteri-menteri mereka yang ekstremis dan rasis yang membuat ancaman untuk membela diri, membunuh warga Palestina dan menghancurkan sumber daya mereka,” kata Safadi.
“Pendudukan Israel atas Palestina, kejahatan Israel terhadap warga Palestina dan Israel di kawasan merupakan ancaman terbesar terhadap keamanan dan perdamaian.”
Safadi menegaskan, semua pernyataan Israel untuk membenarkan tindakannya di Tepi Barat adalah salah.
Dia menolak narasi yang didorong oleh pejabat ekstremis Israel yang mengarang ancaman untuk membenarkan kekerasan terhadap warga Palestina dan penghancuran sumber daya mereka.
Pendudukan Israel dan kejahatan terhadap rakyat Palestina, serta ekspansi regional, telah menjadi ancaman terbesar bagi keamanan dan perdamaian regional.
Menurut Safadi, Yordania sedang berkoordinasi dengan sekutunya untuk mengambil segala tindakan guna melawan agresi Israel dan mencegah segala upaya pengusiran warga Palestina, baik di dalam maupun di luar wilayah pendudukan. Tembok perbatasan itu membentang 100 kilometer dari perbatasan Israel dengan Yordania. IDF sedang mempertimbangkan untuk membentuk divisi militer baru di perbatasan dengan Yordania karena meningkatnya ancaman. Medan pertempuran baru di perbatasan Israel-Yordania
Israel disebut mulai khawatir dengan situasi di dekat perbatasan Israel-Yordania.
Bahkan, tentara Israel berencana membuat divisi baru untuk melindungi wilayah di perbatasan timur.
Pertimbangan ini muncul setelah salah satu tentara Israel tewas di dekat pemukiman Mehola di Lembah Yordan dekat Tepi Barat.
IRNA melaporkan bahwa Brigade Hamas Al-Qassam berada di balik penembakan tersebut.
Menurut Al-Qassam, para pejuangnya di Tepi Barat menembak dan membunuh seorang tentara di dekatnya dan dia dapat kembali dengan selamat.
Penembakan tersebut diduga sebagai respons atas serangan Israel terhadap Sekolah Al Tabin di Kota Gaza pada Sabtu pekan lalu. Serangan itu menewaskan lebih dari 100 warga Palestina.
Kantor berita Shehab menyebutkan serangan itu dilakukan pada Minggu sore. Pelatih sasaran berada di dekat kediaman Mehola.
Al-Qassam menegaskan para pejuangnya di Tepi Barat akan mengejar musuh dimanapun mereka berada hingga mereka bisa diusir dari tanah Palestina.
Serangan di Lembah Yordan menimbulkan kekhawatiran di kalangan pasukan keamanan Israel karena ancamannya tidak datang dari luar.
Ancaman ini muncul di Tepi Barat sebagai front baru melawan pemerintah Israel.
Situasi di Tepi Barat tetap tidak berubah sejak perang di Jalur Gaza pecah pada Oktober 2023.
Israel menginvasi Tepi Barat hampir setiap hari ketika pemuda Palestina marah atas tindakan tegas Israel terhadap Gaza. Iran dituduh membuka front baru di Lembah Yordan
Press, outlet media Yahudi yang berbasis di Amerika Serikat (AS), mengklaim Iran membuka front baru di perbatasan Israel-Yordania.
Pada Senin pekan ini, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz mengatakan, situasi berbahaya kini sedang muncul.
Insiden ini disebabkan oleh upaya Iran untuk membuka front baru di perbatasan timur Israel.
Katz menuduh Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran bekerja sama dengan agen Hamas di Lebanon untuk mengirim senjata dan uang ke Yordania.
Dia mengatakan senjata-senjata itu kemudian diselundupkan melintasi perbatasan Yordania.
Katz mengklaim bahwa Poros Perlawanan Iran sekarang mengendalikan kamp-kamp pengungsi di Yudea dan Samaria melalui proksinya.
“Pembangunan pagar perbatasan dengan Yordania harus dipercepat untuk mencegah penyelundupan senjata dari Yordania ke Israel, yang mengancam pemerintah Yordania dan Israel,” kata Katz.
Sementara itu, Memri mengabarkan, pada pekan lalu Yordania dan Iran saling berkirim pesan resmi.
Perdana Menteri Yordania Ayman Al-Safadi mengunjungi Teheran pada 4 Agustus dan bertemu Quyen. Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri Kani.
Safadi Raja Abdullah dari Yordania mengatakan dia diundang mengunjungi Teheran.
Ajakan untuk mengakhiri “perbedaan pendapat” antara kedua negara “dengan cara yang sesuai dengan kepentingan masing-masing” didasarkan pada rasa saling menghormati dan tidak mencampuri urusan masing-masing negara.
Media pemerintah Yordania melaporkan bahwa Safadi telah mengatakan kepada Iran bahwa Yordania tidak memiliki senjata yang terbang di angkasa.
Ketika Iran melancarkan serangan udara terhadap Israel pada bulan April, Yordania berhasil memukul mundur drone Iran.
Sementara itu, saat diwawancara Al Arabiya pada 10 Agustus lalu, Safadi mengatakan Yordania tidak akan menjadi “arena bagi Iran dan Israel”.
(oln/rntv/*)