Laporan koresponden Tribunnews.com Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Survei Yayasan Konsumen Indonesia (YLKI) di Jakarta mengungkapkan, masih sedikit responden yang memiliki AC berlabel hemat energi di rumahnya.
Ada pula responden yang memiliki AC dengan simbol hemat energi, namun mereka sendiri belum memahami maksud dan tujuan dari simbol tersebut.
Ketua Pengurus YLKI Tulus Abadi mengatakan berdasarkan penelitian, kurangnya koordinasi dan upaya edukasi yang baik dari pemilik toko pada saat proses pembelian di toko dan pemasangan di rumah.
“Para insinyur yang memasang AC di rumah tentunya mengetahui arti dari simbol hemat energi sehingga perlu diperhatikan apakah mereka benar-benar memahami arti dari simbol hemat energi tersebut atau tidak,” kata Tulus di Jakarta baru-baru ini.
Tahukah Anda bahwa AC merupakan salah satu cara penting untuk meningkatkan kenyamanan hidup, namun penggunaan AC juga memberikan dampak yang cukup besar terhadap lingkungan, karena AC merupakan salah satu produk kelistrikan yang menggunakan daya listrik yang tinggi dan merupakan produk penghemat karbon yang besar. tapak
Mendapatkan produk AC yang terjangkau patut mendapat dukungan dari Kementerian Energi dan Mineral karena merupakan kebijakan dan regulasi yang baik.
Berdasarkan hasil survei, sebanyak 54 persen responden mengetahui simbol hemat energi dan 48 persen tidak, namun saat dilakukan wawancara mendalam, responden belum sepenuhnya mengetahui apa sebenarnya arti dari simbol energi tersebut.
Berdasarkan hasil survei, pihak yang paling banyak mengambil keputusan dalam proses pembelian AC adalah ayah yaitu sebesar 38 persen, disusul ibu sebesar 22%. Dan angka terendahnya adalah 10% untuk anak-anak dan 2% untuk keluarga.
Berdasarkan hasil survei sebagian besar responden memiliki minimal 1 AC yang berlabel hemat energi yaitu 44 persen, namun masih banyak jawaban yang memiliki AC tanpa label hemat energi yaitu 36%.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa masyarakat belum mengetahui arti dan pentingnya simbol tersebut, ujarnya.
Pengaturan default untuk suhu tertinggi adalah 16-18 °C pada suhu rendah 44 persen, kemudian 19-21 °C dan 22-25 °C pada 18 persen.
“Survei menemukan bahwa responden tidak mengetahui secara pasti pengaturan default AC pada saat pembelian, dengan 18 persen menjawab tidak yakin,” ujarnya.
Untuk durasi penggunaan AC rumah, jumlah respon tertinggi 8-12 jam/hari 40%, disusul 4-8 jam/hari 30% dan sedikit lebih tinggi 12-24 jam/hari 22%, terendah 1-4 jam / hari ke-2 %.
Permasalahan yang sering dijumpai responden saat menggunakan AC adalah AC tidak dingin yaitu sebesar 35,3%, kemudian permasalahan air pompa AC sebesar 21,2%, permasalahan kehabisan freon sebesar 20% dan paling sedikit . masalah. AC-nya jauh, 21,2%.
Melihat temuan tersebut, YLKI menyarankan dan menyarankan agar konsumen lebih serius dalam memilih AC terbaik dengan memilih AC yang berlabel hemat energi.
Peran konsumen sangat penting dalam hal ini. Agar tidak membuang energi dan menghindari dampak buruk terhadap lingkungan, sebaiknya pelanggan memperhatikan suhu awal saat mengoperasikan AC, jangan terlalu rendah.
Sementara itu, pelaku usaha harus lebih proaktif dalam mempromosikan AC hemat energi. Label AC harus terlihat jelas sehingga konsumen mudah memahaminya, ujarnya.
Pemerintah sebagai regulator harus proaktif memantau pasar agar produk AC yang beredar sesuai dengan persyaratan responden survei.
Jenis kelamin tertinggi dalam penelitian ini adalah 76% jabatan tertentu di DKI Jakarta dan 24% laki-laki.
Jenis pekerjaan tertinggi adalah ibu rumah tangga sebesar 38% dan pekerjaan terendah sebesar 2% adalah pengacara.
Untuk daya listrik respon survei nilai tertingginya adalah 1300 VA 44% dan 2200 VA 38%. Rating terendah adalah 3500 VA sebesar 4%.
Mengenai jumlah AC di rumah responden sebagian besar responden memiliki minimal 1 AC di rumahnya yaitu sebanyak 72%, kemudian 14% responden memiliki 2 AC dan 10% responden memiliki 3 AC.
Berdasarkan hasil survei, 53,4% responden memiliki AC rumah tangga dengan kapasitas ½ PK, diikuti oleh 39,7% AC dengan kapasitas 1 PK. Kekuatan ¾ PK adalah 4,1%, sedangkan 1 ½ PK dan 2 PK menyumbang 1,4% dari tanggapan.