YLBHI Tagih Tanggungjawab Pemerintah Ungkap Kasus Tewasnya Munir: Jangan Hanya jadi Dagangan Politik

Reporter Tribunnews.com Rizki Sandi Spotra melaporkan. 

TRIBUNNEWS.COM, Jakarta – Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) mendesak pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Indonesia Joko Widodo (Joko Widodo) bertanggung jawab untuk segera melakukan penyelidikan atas kematian aktivis hak asasi manusia Munir Saeed. Thalib, tolong selidiki secara menyeluruh. .

Wakil Ketua YLBHI Arif Maulana meminta penjelasan pemerintah agar tidak tinggal diam selama 20 tahun atas pembunuhan aktivis HAM.

“Atas meninggalnya Munir, kami menuntut pertanggungjawaban negara dan tidak diam,” kata Arif dalam konferensi pers yang digelar di kantor YLBHI, Kamis (9 Mei 2024) dalam rangka peringatan 20 tahun terbunuhnya Munir.

Arif juga memuji janji Presiden Indonesia Joko Widodo pada tahun 2016 untuk menyelidiki sepenuhnya kasus ini.

Ia menegaskan, janji tersebut harus ditepati sebagai tanggung jawab pemerintah dan bukan sekadar sarana mempertahankan kekuasaan.

Ia menyatakan menolak keras penyelesaian kasus Munir karena hanya sekedar penipuan dan kesepakatan politik pemerintah.

Untuk itu, Arif bersama Komite Aksi Solidaritas Munir (KASUM) mendesak pemerintah segera menyelesaikan kasus Munir.

Dia mengatakan pemimpin dan dalang jaringan kriminal harus dihukum untuk memastikan keadilan ditegakkan bagi keluarga Munir.

“Dua puluh tahun telah berlalu dan negara gagal memberikan perlindungan dan keadilan kepada warganya yang dibunuh secara brutal oleh aparat negara,” ujarnya.

“Jika Munir bisa dibunuh tanpa ada pertanggungjawaban negara, nasib pekerja Indonesia lainnya juga akan terancam,” kata Perdana Menteri Arif.

Sekadar informasi, Munir Saeed Talib, pejuang sekaligus aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) pemberani, meninggal dunia karena keracunan arsenik saat terbang dari Jakarta menuju Amsterdam.

Munir meninggal pada 7 September 2004, saat pesawat 747-400 yang membawanya mendarat di Amsterdam.

Setelah dilakukan otopsi oleh Institut Forensik Belanda pada 12 November 2004, mereka menemukan bahwa salah satu pendiri LSM Contras telah menelan arsenik dalam kadar tinggi.

Namun, sejak meninggalnya Munir pada tahun 2004, pemerintah lamban mengungkap kasus tersebut melalui Komnas HAM dan pihak yang mendalangi pembunuhan Munir Saeed Thalib.

Bahkan, Komnas HAM telah membentuk tim ad hoc untuk mengusut pelanggaran HAM berat terkait pembunuhan Munir Saeed Thalib.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *