Yasonna Legowo Lepas Jabatan Menkumham, Sempat Temui Presiden Jokowi Sampaikan Permintaan Terakhir

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Senin (19/8) pagi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan pergantian kabinet di Istana Kepresidenan, Jakarta.

Hal ini berdasarkan Keputusan Presiden Indonesia Nomor 92 Tahun 2024 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Menteri Negara Kabinet Indonesia Maju.

Dalam perombakan kabinet kali ini, Jokowi mencopot pimpinan PDI Perjuangan (PDIP) Yasonna Laoly. Ia digantikan oleh politikus Partai Gerindra Supratman Andi Agtas.

Jokowi juga mencopot Menteri Energi dan Sumber Daya Alam (ESDM) Arfin Tasrif. Ia digantikan oleh Bahlil Lahadalia, mantan Menteri Penanaman Modal/Kepala Badan Pengelola Penanaman Modal (BKPM).

Dan posisi Kepala BKPM/Menteri Investasi dijabat oleh Rosan Roeslani. Jokowi juga menunjuk Angga Raka Prabowo sebagai Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika.

Kemudian Dadan Hindayana menjadi Kepala Badan Gizi, Hasan Nasbi sebagai Kepala Komunikasi Presiden, dan Taruna Ikrar menjadi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Saat diberhentikan dari jabatan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Yasonna Laoly sempat menjadi pengunjung upacara peringatan HUT ke-79 Pertahanan, Senin pagi (19/8).

Yasonna mengaku ikut langsung memimpin pergerakan menteri terakhir di kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pasalnya, ia dicopot dari kabinet dan digantikan oleh Anggota Parlemen Gerinda, Supratman Andi Agtas.

Bisa dibilang, ini hari terakhir sebagai pengunjung seremonial, kata Yasonna saat disambut di Kantor Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham), Kuningan, Jakarta, Senin.

Saat itu, Yasonna mengatakan, sehari menjelang Hari Pertahanan, dirinya bertemu dengan Presiden Jokowi untuk meminta restu memimpin upacara terakhir.

Yasonna mengatakan Presiden menerima permintaan tersebut.

“Kemarin Presiden mengabarkan bahwa besok Proteksi ke-79 akan berkumpul pada pukul 08.00. Pertunangan pada pukul 09.30, itulah kesempatan saya untuk memimpin sesi. Oh, Mendhe, pergilah sekarang. ‘,” kata Yasonna.

Yasonna pun menirukan ucapan Jokowi. Kepada karyawannya. Ia mengatakan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia masih melakukan penertiban hingga Senin pukul 09.30 WIB.

Demikian dikatakan Yasonna, upacara tersebut digelar bersamaan dengan pelantikan menteri baru yang akan menggantikannya.

Jadi saya yang memimpin (upacaranya) hari ini, jelas Yasonna.

Kader PDI Perjuangan (PDIP) juga diharapkan menyerahkan posisinya.

Ia juga mengatakan, tidak ada masalah jika Supratman Andi Agtas diganti.

“Tidak ada kesedihan yang ada, yang ada hanyalah tawa, karena hidup harus dijalani dengan hati yang gembira, yang penting adalah ketertiban,” jelas Yasonna. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasonna Laoly menjadi tamu kehormatan Hari Perlindungan ke-79, Senin (19/8/2024) pagi tadi. (merekam video)

Yasonna pun mengaku bertemu dengan Presiden Jokowi sehari sebelum ia diangkat kembali dari Kabinet Menteri.

Kali ini, Yasonna mengucapkan terima kasih kepada Presiden atas kepercayaannya mengangkat dirinya menjadi Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia selama 10 tahun atau kurang dari 2 bulan.

“Kemarin malam, sesuai salat Maghrib, saya bertemu dengan Presiden RI Joko Widodo, beliau menelepon saya, saya katakan, dia baru kembali ke IKN, saya sampaikan kepada Pak Presiden, terima kasih. percayalah, kesempatan telah diberikan kepada saya untuk “membantu Bapak sebagai Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia,” kata Yasonna.

Politisi PDI Perjuangan (PDIP) ini tahu kepemimpinannya jauh dari sempurna.

Selain itu, Yasonna mengetahui bahwa dalam kehidupan sehari-hari sebagai pemimpin, maupun dalam situasi sosial, mungkin ada beberapa karyawan yang tidak bahagia.

Sebagai seorang pemimpin, lanjutnya, ia harus bertindak, mencaci-maki, mengubah, memarahi, atau mungkin hal-hal lain yang membuatnya tidak bahagia.

“Sebagai manusia, sebagai pribadi, dari lubuk hati yang terdalam, saya ingin meminta maaf dengan tulus, karena mau tidak mau saya merasa kasihan kepada Anda,” ujarnya.

“Apalagi di perubahan yang terakhir ini pasti ada keluhan, tapi saudara-saudara, perubahan itu wajar, tapi saya berpesan kepada kalian semua untuk terus memberikan yang terbaik,” ujarnya.

Dalam acara tersebut, Yasonna juga mengimbau seluruh jajaran Humas dan HAM untuk tetap bekerja dan memberikan yang terbaik, meski terjadi pergantian kepemimpinan.

Pada saat yang sama, Presiden Jokowi melakukan perombakan kabinet dengan menunjuk Anggota Parlemen Partai Gerindra Supratman Andi Agtas menggantikan Yasonna.

Saya paham pemimpinnya akan datang, akan dilantik pukul 09.30 (Supratman Andi Agtas), kata Yasonna.

Politisi PDI Perjuangan (PDIP) pun menilai sosok Supratman Andi Agtas adalah sosok sahabat yang baik dan rendah hati.

Selain itu, Yasonna mengaku sudah mengenal Supratman sejak lama dan pernah bekerja sama.

“Teman baik saya, orang yang rendah hati, teman kerja kami, di Prolegnas, ada yang membahas beberapa aturan,” kata Yasonna. Ketua DPR Baleg Supratman Andi Agtas (Kompas.com/Kristian Erdianto)

Ia pun meminta seluruh jajaran Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk mendukung kerja Supratman ke depan.

“Dan saya mohon, dukung mereka, berikan yang terbaik. Karena kita melihat organisasi ini, bukan individunya. Kita ingin ada organisasi, organisasi terbaik ini akan menjadi organisasi terbaik di Indonesia,” kata Yasonna. Penanggulangan PDIP

Anggota DPR Ray Rangkuti menilai tidak semua menteri PDIP dicopot Presiden Jokowi, ini rencana menjadikan PDIP setengah-setengah menjadi oposisi.

“Ini rencana Jokowi untuk mempertahankan separuh PDIP di oposisi. Sebab (kalau oposisi bisa) mengganggu stabilitas pemerintahan, kata Ray, Senin.

Meski begitu, kata Ray, perubahan ini sebenarnya merupakan keberhasilan PDIP. Menurut dia, restorasi akan menambah keteguhan PDIP melawan Jokowi.

Kemudian menghindari sejarah kemerosotan demokrasi di era Jokowi adalah kontribusi PDIP, jelasnya.

Pada akhirnya, Ray mengatakan reshuffle tersebut membantah Megawati tidak bisa melanjutkan perceraiannya dengan Jokowi.

“Kenyataannya Jokowi tidak bisa maju karena PDIP masih kuat dan berkuasa. “Memiliki kekuatan untuk menjadi kuat pada pemilu berikutnya,” jelasnya.

Dan, keberhasilan politik PDIP akan terus meningkat, kata Ray. Alhasil, seluruh anggota PDIP yang masih duduk di kabinet mengundurkan diri.

“Jika tersisa 3 atau 4 kursi di kabinet yang dikuasai pimpinan PDIP, dipastikan PDIP memahami kesulitan yang dihadapi Jokowi,” ujarnya.

Sementara itu, Politisi Adi Prayitno angkat bicara soal perombakan kabinet yang akan dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pagi ini.

Menurutnya, pemulihan tersebut lebih bersifat politis daripada praktis. Sebab, masa jabatan Presiden Jokowi hanya beberapa bulan.

Perubahan saat ini lebih kentara bernuansa politik dibandingkan persoalan praktis. Karena dalam 2,5 bulan kita tidak bisa bicara banyak soal kinerja, kata Adi.

Menurutnya, bau politik bisa dijelaskan dengan dua cara. Pertama, perubahan ini tampaknya akan dianggap sebagai pembersihan politik para menteri PDIP.

“Mereka bilang ada dua menteri PDIP yang diganti. Perubahan ini memperjelas PDIP terisolasi di kabinet. “Seharusnya semua menteri PDIP diganti, jangan hanya dua,” jelasnya.

Lebih lanjut Adi menjelaskan, reorganisasi tersebut merupakan upaya untuk mengkonsolidasikan kekuatan Jokowi dan Prabowo. Dengan mencopot menteri dari partai yang kalah pada Pilpres 2024, yakni PDIP dan NasDem.

Konsolidasi kekuasaan ini merupakan persiapan peralihan kekuasaan politik dari Jokowi ke Prabowo. Selain menteri, ada pula wakil menteri dan kepala lembaga yang juga merupakan orang-orang Jokowi dan Prabowo untuk memperkuat konsolidasi kekuasaan di Pilpres 2019. peralihan kekuasaan,” jelasnya.

Terkait pembahasan reshuffle, Adi menegaskan, orang-orang terdekat Presiden Jokowi dan Prabowo yang dilantik menjadi menteri akan diberkati.

Selain itu, Anggota Parlemen Dedi Kurnia Syah mengutarakan pernyataan Presiden Jokowi mengenai pergantian kabinet.

Dedi mengatakan, tidak perlu terburu-buru melakukan pergantian kabinet.

“Sah-sah saja Presiden mengganti kabinet, meski setiap hari. Ya, itu karena hak Presiden, kata Dedi.

Karena bukan hal yang mendesak, Dedi mempertimbangkan revisi kabinet selanjutnya, misalnya pemotongan menteri dari PDIP.

Selain itu, dia menilai revisi tersebut dilakukan untuk membangun kekuatan politik menjelang pemilu 2024 dari partai koalisi pendukung Prabowo-Gibran.

“Ini juga menjadi ancaman bagi mitra-mitra yang mulai mengurangi stabilitas pada pemerintahan selanjutnya. Tampaknya, Jokowi-Prabowo sangat mendukung pemikiran bahwa Gibran ada, dan juga bisa melakukan reshuffle untuk membangun kekuatan politik di depan. wilayah. memilih,” tegasnya.

Parpol sepertinya tidak menganggap remeh kebahagiaan Jokowi, kata Dedi, apalagi di pemilu 2024 mungkin ada masalah.

“Salah satunya Golkar yang mundurnya Airlangga,” ujarnya. PDIP sudah angkat bicara

Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) ini mengatakan, Abdullah memastikan pihaknya akan terus mengawal pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga selesai.

Hal ini merespons keputusan Presiden Jokowi yang mencopot kader PDIP Yasonna Laoly dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham).

Said mengatakan Indonesia menganut sistem presidensial. Artinya, presiden berwenang mengangkat dan memberhentikan menteri atau pimpinan kementerian.

“Itu adalah hak yang diberikan konstitusi kepada presiden,” kata Said, Senin.

Oleh karena itu, Said mengatakan PDIP menghormati keputusan Jokowi yang melakukan reshuffle kabinet.

Ia mengatakan, seluruh pimpinan PDIP yang berprofesi sebagai pendeta dikaruniai kualitas terbaik untuk tata kelola yang baik.

“Jika Presiden Jokowi menilai perlu mempertimbangkan tuntutan lain, guna membubarkan sebagian PDIP, maka kami akan menghormatinya,” kata Said.

Alasan sistem penyelenggaraan negara Indonesia seperti itu.

Terlebih lagi, kami akan memantau pemerintahan ini hingga akhir Oktober sesuai perintah Kongres dan kami mendukung keputusan Kongres sebagai bagian dari kepatuhan kami terhadap yayasan kami, kata Said.

Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI ini mengatakan, PDIP lebih fokus memenangkan pemilu 2024.

Sebab, proses pemilu mempunyai arti penting sebagai syarat komitmen pimpinan PDIP untuk meraih kepercayaan masyarakat.

“Karena perilaku pemerintah di daerah berpengaruh terhadap kemajuan dan kemunduran daerah, apalagi terselenggaranya pemilu, sehingga perlu dipikirkan rencana terbaik untuk memberdayakan calon dan calon. dukungan berhasil. ,” ujarnya. (Jaringan Tribun/ Yehuda).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *