Wartawan Tribunnews.com Rina Aju melaporkan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif yang tidak dapat disembuhkan.
Orang yang berusia di atas 60 tahun atau lanjut usia rentan terkena penyakit Parkinson.
Faktor lingkungan, polusi dan gaya hidup juga berkontribusi terhadap berkembangnya penyakit Parkinson.
Ahli saraf Dr. Rocksy Fransisca V. Situmeang, Sp.N mengatakan penyakit Parkinson merupakan proses penuaan sistem saraf otak dimana produksi dopamin terus menurun hingga 30 persen.
“Parkinson merupakan penyakit yang tidak dapat dicegah, namun kita dapat mengurangi kemungkinan seseorang terkena penyakit Parkinson dengan memperbaiki pola hidup,” ujarnya. Rocksy dalam keterangannya, Kamis (16/5/2024).
Menurutnya, jika seseorang mengidap penyakit parkinson, hal pertama yang harus dilakukan adalah memeriksakan diri ke dokter spesialis saraf untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Pemberian obat yang tepat oleh dokter akan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Tentu saja, selain minum obat, pasien Parkinson perlu rutin berolahraga untuk melatih pergerakan otot agar tidak kaku.
Penderita penyakit parkinson juga perlu diimbangi dengan nutrisi yang tepat agar tubuh parkinson tetap terjaga.
“Paling tidak, tingkat stres juga bisa mempengaruhi seseorang terkena penyakit Parkinson. Oleh karena itu, sebaiknya kita terus mengendalikan emosi dan menghindari hal-hal yang bisa menyebabkan stres kita meningkat,” kata dokter yang berpraktik di Tangerang ini.
Dokter spesialis saraf tambahan RS Dr. Siloam Kebon Jeruk. Frandy Susatia, Sp.S, RVT mengatakan ada beberapa jenis obat dan pengobatan Parkinson yang dapat diberikan, antara lain:
1. Obat-obatan
Tujuan pengobatan adalah untuk meningkatkan atau menggantikan dopamin dalam tubuh. Jenis obat yang mungkin diresepkan dokter adalah: antikolinergik, levodopa, dan agonis dopamin.
2. Terapi
Ada beberapa pengobatan yang mungkin dokter rekomendasikan untuk penyakit Parkinson, antara lain: Fisioterapi.
“Tujuannya untuk membantu meredakan kekakuan otot dan nyeri sendi sehingga meningkatkan mobilitas dan kelenturan tubuh. Fisioterapi juga bertujuan untuk meningkatkan daya tahan dan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri,” kata dr Frandy.
Jika pasien kesulitan berbicara dan menelan air liur atau makanan, dokter mungkin akan merekomendasikan ahli terapi wicara. Biasanya dokter mengajarkan pasiennya untuk berbicara (latihan vokal) dan bernapas
Psikoterapi diberikan pada pasien depresi atau stres yang sering dialami oleh pasien Parkinson. Dokter akan merekomendasikan pengobatan dengan psikolog.
Terapi okupasi dapat membantu meningkatkan kemampuan penderita penyakit Parkinson untuk mandiri melakukan aktivitas sehari-hari, seperti mandi, berpakaian, berjalan kaki, dan aktivitas sehari-hari lainnya.
Tujuan dari terapi ini adalah untuk menjaga dan meningkatkan kemandirian pasien dalam hidup agar ia dapat tetap mandiri, tidak bergantung pada orang lain.
“Sudah menjadi tren penggunaan perangkat wearable seperti jam tangan yang dapat digunakan untuk mengatur kebutuhan sehari-hari seseorang,” kata Dr. Frandy.
Misalnya jam tangan yang dapat digunakan untuk melacak waktu tidur agar istirahat cukup, pengingat jadwal pengobatan, kinetometer yang dapat menghitung berapa getaran yang dimiliki untuk membantu mengatur kehidupan sehari-hari pasien parkinson.
Selain menggunakan perangkat wearable, Dr. Frendi juga menjelaskan sedikit tentang Deep Brain Stimulation (DBS) yang fungsi utamanya mencegah memburuknya penyakit Parkinson.
“Jika DBS dilakukan pada pasien Parkinson stadium lanjut, maka operasinya berisiko tinggi, dan kualitas hidup pasien akan menurun (tidak bisa bergerak, tidak bisa menelan),” kata dr. Frandy.
Secara umum, pengobatan penyakit Parkinson memerlukan pendekatan multidisiplin yang melibatkan kolaborasi antara dokter, ahli terapi fisik, ahli terapi okupasi, dan staf medis yang komprehensif.
“Setiap pasien Parkinson memiliki kebutuhan yang unik, sehingga penting untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit Parkinson untuk menentukan strategi pengobatan terbaik untuk setiap kondisi dan kebutuhan pasien. Ketika seseorang terkena penyakit Parkinson, Rumah Sakit Siloam adalah salah satu pilihan terbaik. ,” kata dr Frendi. Gejala penyakit Parkinson
Gejala penyakit Parkinson dapat diungkapkan dengan singkatan TRAP yang artinya:
1. Tremor (tremor): Tremor adalah gejala penyakit Parkinson yang paling umum. Tremor biasanya terlihat pada tangan dan sering kali dimulai saat istirahat. Getaran ini biasanya pertama kali dirasakan pada satu sisi tubuh, kemudian menyebar ke sisi lain seiring perkembangan penyakit.
2. Kekakuan: Kekakuan otot dapat membuat pergerakan tubuh menjadi sulit dan sulit. Kekakuan otot yang paling umum pada penyakit Parkinson adalah kekakuan pada lengan, tungkai, dan leher.
3. Akinesia (gerakan lebih lambat): Akinesia atau bradikinesia mengacu pada gerakan yang lebih lambat. Gerakan seperti berjalan, berbicara dan aktivitas lainnya terganggu.
4. Ketidakstabilan postural: Ketidakstabilan postural adalah gejala yang ditandai dengan ketidakmampuan menjaga keseimbangan dan postur tubuh yang baik.
Penderita Parkinson sering kali mengalami ketidakstabilan saat berdiri atau berjalan sehingga berisiko terjatuh.
Selain gejala-gejala di atas, terdapat juga gejala non-motorik seperti gangguan tidur, gangguan penciuman, buang air besar, dan kesulitan menelan.