TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI mendukung kampanye Indonesia Future Network (IFN). Menurutnya, generasi muda perlu berkesinambungan dalam kebijakan jaringan dan sumber daya manusia (SDM).
Dito Ariotedjo, Menteri Pemuda dan Olahraga, ingin jaringan masa depan Indonesia menjadi katalis bagi terciptanya ekosistem tata kelola yang kuat, tata kelola pemerintahan yang kokoh dengan kerja sama lintas sektor dan antargenerasi. Kelompok Penghubung Kebijakan Menteri Pemuda dan Olahraga Indonesia Wildansha; Selasa (7/5/2024).
Wildan mengatakan, saat ini terjadi peralihan kepemimpinan Indonesia dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Presiden terpilih Prabowo Subianto. Proses perubahan ini harus dilengkapi dengan ide-ide generasi muda.
“Proses pergantian pemerintahan harus diisi dengan ide-ide baru dari generasi muda berbakat. “Sesuai Perpres Nomor 43 Tahun 2022, koordinasi strategis lintas layanan kepemudaan harus menjadi acuan untuk meningkatkan kualitas generasi muda masa depan menuju Indonesia Emas 2045,” ujarnya.
Ia mengatakan, Kemenpora sudah menyiapkan jembatan wadah gagasan pemuda. Saya berharap para pembuat kebijakan dapat mempertimbangkan ide-ide baru untuk generasi muda.
Oleh karena itu, kata dia, Kemenpora bermaksud menjadi jembatan partisipasi dan keterwakilan generasi muda penerus bagi seluruh pengambil kebijakan.
Indonesia Future Network (IFN) Future Policy pada Senin (6/5) di Istana Presiden (KSP) Jakarta, Gedung Bina Graha. Diketahui, digelar di Istana Kepresidenan (KSP). Upacara dibuka oleh Kepala Staf Istana Presiden Moeldoko.
Dalam acara tersebut, pembangunan manusia Bapenas; Asisten sosial dan budaya; Amich Alhumami berbicara tentang pentingnya pengorganisasian pemuda ketika bonus demografi muncul.
“IFN sejalan dengan keprihatinan Rencana Pembangunan Nasional/Bappenas untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi posisi masa depan. Selain itu, bonus demografi Indonesia tidak diberikan,” ujarnya.
Menurutnya, banyak penataan yang harus dilakukan untuk menyambut bonus demografi. Oleh karena itu, bonus demografi sebaiknya dimanfaatkan.
“Kebutuhan mutlak untuk mengoptimalkan bonus demografi adalah kesehatan. Nutrisi dan kecerdasan yang baik. “Harus ada investasi di bidang pendidikan dan kesehatan,” kata Amich Alhumami.
Meski demikian, Amich Alhumami mengatakan banyak persoalan yang dihadapi generasi muda Indonesia saat ini. Hal ini harus menjadi perhatian bersama.
“Kualitas pendidikan ditentukan oleh prestasi akademik siswa. Dapat membaca bahasa dan matematika; Dapat dimengerti. Kinerja Indonesia masih berada pada titik terendah sepanjang masa. Dari kategori Gen Z dan Milenial, hanya 4,3 persen masyarakat Indonesia yang menyelesaikan S1. “Pendidikan harusnya untuk kepentingan umum, tapi sekarang masih menjadi keistimewaan,” ujarnya.