WHO Temukan Hampir 10 Persen Jajanan Indonesia Mengandung Lemak Trans, Apa Risikonya?

Laporan Jurnalis Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan lemak trans dalam pasokan makanan dan jajanan di Indonesia dari studi dasar.

Penelitian yang meliputi pengujian laboratorium terhadap 130 produk dalam empat kategori makanan, menemukan minyak dan lemak, margarin dan olesan, makanan kemasan berbahan lemak (seperti biskuit, cookies, wafer, kue, dan roti).

Serta makanan siap saji seperti mie goreng, nasi goreng, ayam goreng, kentang goreng dan roti.

Hasilnya, ditemukan hampir 10 persen produk yang disurvei atau sekitar 11 makanan mengandung kadar lemak trans yang melebihi standar WHO, kata perwakilan WHO untuk Indonesia, Dr. N. Paranietharan seperti dilansir situs Kementerian Kesehatan, Selasa (7/5/2024).

WHO sendiri merekomendasikan kadar lemak trans pada makanan kurang dari 2 gram per 100 gram total lemak.

Sebagai informasi, lemak trans atau asam lemak trans merupakan asam lemak tak jenuh yang berasal dari sumber alami atau industri.

Mengonsumsi lemak trans dapat meningkatkan risiko serangan jantung.

Selain itu, lemak trans juga berkontribusi terhadap 500.000 kematian akibat penyakit jantung koroner di seluruh dunia setiap tahunnya.

Mengenai hal ini, Wakil Menteri Kesehatan Profesor. Dante Saksono Harbuwono mengungkapkan, cara paling efektif untuk mengurangi lemak trans dalam persediaan pangan adalah dengan regulasi.

Langkah pertama adalah membatasi kadar lemak trans hingga 2 persen dari total kandungan lemak semua makanan.

Langkah kedua, pelarangan minyak terhidrogenasi parsial (PHO).

“Termasuk pelarangan produksi, impor, penjualan dan penggunaan PHO pada semua makanan,” kata Dante, dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan, Selasa (7/5/2024).

Dante menegaskan, Indonesia berkomitmen penuh untuk menerapkan peraturan pelarangan penggunaan lemak trans dalam industri pangan Indonesia.

Ia juga percaya bahwa membatasi lemak trans akan mengurangi penyakit jantung sekaligus menghemat triliunan rupiah bagi Indonesia.

Selain itu, Dante berharap penyusunan regulasi yang melibatkan lintas sektor menjadikan Indonesia sebagai negara selanjutnya yang menerapkan regulasi sesuai praktik baik yang direkomendasikan WHO.

“Regulasinya akan kita buat di Indonesia. Sehingga masyarakat menjadi lebih sehat untuk menurunkan angka kematian akibat penyakit jantung dan kardiovaskular,” jelas Dante.

Penerapan aturan lemak trans akan dibarengi dengan edukasi yang masif khususnya pada sektor informal seperti pedagang kecil dan menengah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *