WHO: Kecanduan Gadget Dapat Memincu Gangguan Mental 

Laporan jurnalis Tribunnews.com Namira Yunia

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Natasha Azzopardi-Muscat, Direktur Divisi Kebijakan dan Sistem Kesehatan Negara dan pakar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mendesak para pemimpin dunia untuk membatasi penggunaan perangkat komunikasi gadget

Tak hanya gadget, imbauan tersebut juga berlaku pada perangkat elektronik portabel lainnya. Perintah tersebut dikeluarkan setelah penelitian WHO menunjukkan bahwa penggunaan ponsel berlebihan dapat menimbulkan konsekuensi negatif.

Bahkan, Natasya dalam seruannya mengatakan, kecanduan alat komunikasi ini sama berbahayanya dengan kecanduan nikotin pada rokok.

Jika perangkat elektronik digunakan secara berlebihan, terutama di kalangan remaja, dikhawatirkan dapat berdampak buruk pada pendidikan dan produktivitas serta dapat memicu gangguan kesehatan mental.

Tidak berhenti sampai di situ, bahaya kecanduan media sosial juga meningkatkan kasus kekerasan dan perundungan (bullying) sehingga menyebabkan beberapa generasi muda mempertaruhkan diri bahkan bunuh diri.

Menurut hasil survei WHO yang melibatkan 280.000 orang berusia antara 11 dan 15 tahun, menunjukkan bahwa satu dari 10 orang mengalami kecanduan media sosial.  

Hal serupa juga diungkapkan peneliti dari King’s College London.

Dalam studinya pada bulan Agustus, King’s College London mencatat bahwa setidaknya 33 persen remaja menderita masalah penggunaan ponsel cerdas (PSU), yang ditandai dengan timbulnya kecemasan akut dan depresi.

Alasan-alasan inilah yang membuat WHO khawatir dan meminta para kepala negara, termasuk presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, untuk menerapkan tindakan dan indikator nyata untuk mengurangi kecanduan dan kelebihan waktu telepon seluler di era digital. 

Hal ini termasuk memperketat peraturan, termasuk pembatasan usia dan menetapkan “zona larangan bepergian” untuk penggunaan perangkat digital guna mengurangi kecanduan gadget di kalangan generasi muda.

“Mungkin kita perlu memikirkan waktu yang tepat untuk menggunakan perangkat digital. Mungkin kita juga perlu memikirkan tempat-tempat tertentu yang tidak boleh digunakan perangkat digital,” kata Natasha dalam wawancara yang dikutip Yahoo Finance.

Menanggapi seruan WHO, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan pihaknya akan menerapkan tindakan dan indikator khusus untuk mengurangi kecanduan dan waktu browsing yang berlebihan di ponsel dalam kondisi digital.

Sementara itu, beberapa negara maju lainnya mengungkapkan telah mengambil langkah untuk mengurangi penggunaan ponsel pintar (screen time) di kalangan anak kecil. 

Misalnya di Belanda, Hongaria, Prancis, Mesir, dan Inggris yang melarang penggunaan ponsel pintar di dalam kelas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *