Laporan reporter Tribunnews.com Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyatakan risiko keamanan pangan tidak mengenal batas negara.
Oleh karena itu, krisis ini dengan cepat berkembang dari krisis lokal menjadi krisis global.
Saima Wazed, Direktur Regional Asia Selatan pada Hari Ketahanan Pangan Sedunia, mengatakan sekitar 1,6 juta orang meninggal setiap hari karena kerawanan pangan, dengan 40 persen anak-anak mengalami kekurangan gizi dan peningkatan risiko kekurangan gizi.
Di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah, diperkirakan $110 miliar hilang setiap tahunnya akibat berkurangnya hasil panen dan meningkatnya biaya pengobatan akibat penyakit bawaan makanan.
“Wilayah kita di Asia Tenggara mempunyai beban kesehatan tertinggi kedua akibat konsumsi makanan yang terkontaminasi, dengan hampir 150 juta kematian dan 175.000 kematian setiap tahunnya,” katanya pada Hari Pangan Sedunia.
Iklim tropis di banyak negara di kawasan Asia Tenggara mendorong penyebaran hama dan mempercepat penumpukan racun lingkungan, yang diperburuk oleh dampak perubahan iklim.
Frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrem diperkirakan menyebabkan, meningkatkan atau mengubah kejadian dan penyebaran penyakit yang ditularkan melalui makanan dan air.
“Tahun ini, kami ingat bahwa keamanan pangan adalah tanggung jawab bersama dan pemerintah, produsen, dan konsumen harus melakukan bagian mereka untuk memastikan keamanan pangan,” kata Saima.
Pemerintah didorong untuk mengembangkan dan secara berkala menguji efektivitas rencana tanggap darurat nasional untuk ketahanan pangan dan meningkatkan aspek lain dari sistem pengelolaan pangan nasional, termasuk pemeriksaan penyakit bawaan makanan dan pemeriksaan keamanan pangan.
Kolaborasi multi-sektor dapat membantu mengurangi dampak terhadap kesehatan masyarakat.
Produsen dan dunia usaha makanan bertanggung jawab untuk menerapkan manajemen keamanan pangan, termasuk pelatihan karyawan secara berkala dan tindakan segera jika terjadi masalah keamanan pangan.
Memastikan penjamah makanan menjalani pemeriksaan kesehatan terkait keamanan pangan dan mendapat vaksinasi demam tifoid dan hepatitis A.
Konsumen harus diberdayakan untuk mengelola makanan yang aman di rumah dan mengikuti lima kunci makanan aman dari WHO.