Laporan reporter Tribunnews.com Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Direktur Pengendalian dan Karantina Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) Ahmad Farchani Tori Adrianto mengimbau masyarakat tidak mengonsumsi daging unggas atau mamalia yang mati mendadak.
Hal ini merupakan upaya untuk memprediksi penularan flu burung ke manusia.
Selain itu, masyarakat yang sering bersentuhan langsung dengan hewan diimbau untuk selalu menerapkan hidup bersih dan sehat (PHBS).
“Selalu cuci tangan pakai sabun setelah memegang unggas. Jangan memakan unggas atau mamalia yang sakit. Jika bersentuhan dengan burung atau mamalia yang sakit atau mati mendadak, kenakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai,” kata Falchani dalam postingan tersebut. dikutip 1 Oktober 2018. Jumat (21 Juni 2024).
Jika Anda melihat sejumlah besar burung atau mamalia tiba-tiba mati, segera laporkan ke dinas peternakan setempat.
Penularan virus flu burung ke manusia terjadi melalui kontak langsung dengan burung atau hewan lain yang terinfeksi H5N, atau dengan produk unggas.
Penularan pada lingkungan yang tercemar virus di pasar, kandang unggas, pekarangan, kebun atau peralatan bersumber dari kotoran unggas yang tertular virus flu burung (H5N1).
“Di daerah yang diduga atau terkonfirmasi tertular H5N1 pada hewan atau manusia, penularan juga dapat terjadi melalui makanan, pengolahan produk unggas, dan konsumsi produk unggas mentah atau setengah matang,” jelasnya.
Gejala klinis penyakit flu burung (H5N1) pada manusia mirip dengan flu biasa, seringkali berupa demam 38 derajat atau lebih, batuk, dan sakit tenggorokan. .
Gejala lainnya termasuk pilek, sakit kepala, nyeri otot, infeksi mata, diare, dan masalah pencernaan
Gejala sesak napas menandakan adanya masalah pada saluran pernapasan bagian bawah dan dapat bertambah parah dengan cepat.
“Jika Anda memiliki gejala penyakit yang Anda curigai adalah flu burung dan memiliki riwayat kontak dengan faktor risiko tersebut, segera dapatkan pertolongan medis,” lanjut Farkany.
Lalu bagaimana situasi flu burung di Indonesia dan dunia?
Dr. MPHM Imran Panbudi, Direktur Jenderal Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular (P2PM), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), menambahkan kasus flu burung pertama di Indonesia tercatat pada tahun 2005.
Antara tahun 2017 dan 2017, terdapat 200 kasus dan 168 kematian yang dilaporkan, dengan tingkat kematian (case fatality rate/CFR) sebesar 84%. Kasus tersebut tersebar di 15 negara bagian dan 59 kabupaten/kota.
Indonesia melaporkan kasus flu burung terakhir (1 kasus, 1 kematian) di wilayah Klungkung Bali pada tahun 2017. Hingga kasus terakhir, masih terjadi penularan dari burung ke manusia, kata Imran.
Di tingkat global, WHO telah mengkonfirmasi sejumlah laporan kasus flu burung pada manusia.
Berikut data kumulatif kasus flu burung H5N1 pada manusia di 23 negara yang dicatat WHO pada tahun 2003 hingga 2024: 2003 hingga 2009: 468 kasus dan 282 kematian 2010 hingga 2014: 233 kasus 125 kematian 2015 hingga 2019: 160 kasus, 48 kematian 2020: 1 2021: 2, 1 kematian 2022: 6, 1 kematian 2023: 12, 4 orang meninggal 2024: 7 orang meninggal, 2 orang meninggal Beberapa waktu lalu, polisi menyemprotkan cairan pemberantasan flu burung di Desa Padaska, Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat (khusus)
Berdasarkan laporan terbaru WHO, Imran menambahkan, terdapat tambahan kasus flu burung pada manusia: 19 April 2024: flu burung H9N2 di Vietnam 18 Mei 2024: Flu burung di Australia Influensa H5N1 22 Mei 2024: flu burung H9N2 di India 23 Mei 2024: Avian influenza H5N2 di Meksiko
Secara total, sejak tahun 2003 hingga Mei 2024, terdapat 893 kasus flu burung dan 464 kematian. Berikut rinciannya: H5N1: 890 kasus, 463 kematian H9N2: 2 H5N2: 1 kasus, 1 kematian
ASEAN BioDiaspora Virtual Center juga mencatat kasus flu burung pada manusia di kawasan ASEAN pada Januari hingga Juni 2024. Laporan kasus avian influenza khususnya di kawasan ASEAN antara lain: 6 April 2024: avian influenza H9N2 di Vietnam 22 Maret 2024: avian influenza H5N1 di Vietnam 21 Februari 2024: avian influenza H5N1 di Kamboja 29 Januari 2024: Avian influenza di Kamboja Influenza H5N1