Laporan Wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudias
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Netizen yang mengaku petugas bea dan cukai mengenakan tarif 30 persen dari harga peti dari luar negeri akhirnya meminta maaf.
Pengguna internet menggunakan akun jejaring sosial
Terima kasih kepada @beacukaiRI, Pak @prastow yang segera memperhatikan permasalahan utama saya dengan menjelaskan bahwa proses penerimaan jenazah dari luar negeri tidak dikenakan biaya bea cukai, tulis @follow up di tweet saya sebelumnya. ClarissaIcha dalam unggahannya dilihat Tribunnews, Senin (13/5/2024).
Kata dia, biaya yang dikenakan di Bandara Soekarno-Hatta murni dari pihak swasta yang menyediakan layanan pemakaman.
@ClarissaIcha mentweet: “Biaya yang dipungut di bandara Soyeta adalah murni dari pihak swasta yang menyediakan layanan pengelolaan kamar mayat dan oleh karena itu di luar kebijakan kantor Bea Cukai.”
Oleh karena itu, melalui serangkaian tweet di X, ia menyampaikan apresiasinya kepada pihak Bea Cukai yang telah membantunya mendapatkan informasi mengenai permasalahan tersebut.
Ia meminta maaf atas dinamika masyarakat yang muncul dan menyatakan akan lebih memahami norma ke depannya.
“Melalui tweet ini, saya ingin mengklarifikasi dan mengapresiasi kewaspadaan pihak Bea Cukai dalam membantu masyarakat awam seperti saya mendapatkan informasi yang benar,” tulis @ClarissaIcha.
“Saya mohon maaf atas dinamika publik yang diakibatkan oleh tweet yang meragukan tersebut dan akan berusaha lebih memahami peraturan yang berlaku ke depannya. Terima kasih,” lanjutnya.
Sebelumnya, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan membantah petugas bea cukai mengenakan tarif 30 persen dari harga peti mati berisi jenazah dari luar negeri.
Melalui akun media sosial
Pengiriman peti mati dari luar negeri dibebaskan dari bea masuk dan PDRI serta fasilitas penanganan tergesa-gesa atau pelayanan cepat, tulis @beacukaiRI di akun X miliknya, dilihat Tribunnews, Minggu (12/5/2024).
Kejadian tersebut sebelumnya diungkap warganet dengan akun @ClarissaIcha di media sosial
Dalam postingannya, @ClarissaIcha menyebut peti tersebut dianggap barang mewah oleh pihak bea cukai sehingga temannya harus membayar biaya sesuai tuntutan petugas bea cukai di bandara.
“Kemarin saya berduka atas ayah teman saya yang meninggal di Penang, dan teman ini bercerita kepada saya bahwa di bandara dia harus membayar bea masuk sebesar 30 persen atas peti mati ayahnya, yang dianggap barang mewah!”
“Iya chest memang gak murahan, tapi gak ada waktu untuk berdebat dan nunggu viral kan? Malah,” tulis @ClarissaIcha dalam unggahannya.
Bea Cukai juga mengatakan tidak benar dikenakan bea masuk sebesar 30 persen atas impor peti mati dan jenazah yang dialami teman saya @ClarissaIcha.
“Setelah peti mati dan jenazah kami temukan dikirim dari Penang, Malaysia, tidak ada bea masuk atau bea masuk yang dikenakan kepada siapa pun,” tulis @beacukaiRI.
Bea dan Cukai menjelaskan, pembebasan bea masuk diatur dalam Permenkeu No. 138/KMK.05/1997, bebas bea masuk atas impor karkas atau kemasan lainnya dengan fasilitas penanganan darurat. Mayat dan peti mati untuk diimpor.
Apabila muncul tagihan, Departemen Bea Cukai meminta agar rincian tagihan tersebut dikonfirmasi ulang oleh agen yang menangani pengiriman/penanganan kargo atau awak kapal.
Setelah pihak Bea dan Cukai memberikan klarifikasi tersebut, @ClarissaIcha mengucapkan terima kasih atas klarifikasi yang diberikan.
Bea dan Cukai pun menjawab sama-sama.
Sekadar informasi, Rush Handling merupakan pelayanan kepabeanan yang diberikan terhadap barang impor tertentu yang karena sifatnya memerlukan percepatan pengeluaran dari daerah pabean.
Bahan yang dapat dimanipulasi oleh Rush adalah organ tubuh manusia, termasuk ginjal, kornea mata, atau darah; mayat dan abu; Bahan yang merusak lingkungan antara lain bahan radioaktif; Surat kabar dan majalah yang sensitif terhadap waktu; dokumen (surat); hewan hidup dan tumbuhan hidup; Demikian pula barang-barang lainnya karena sifatnya memerlukan pelayanan langsung (penanganannya lebih tinggi) setelah mendapat persetujuan dari Kepala Kantor.