TRIBUNNEWS.COM – Yordania mengungkapkan kemarahannya atas keterlibatan pemerintah Iran dalam mengakhiri serangan rudal dan drone terhadap Israel.
Warga Yordania memprotes ketika Angkatan Udara Kerajaan Yordania membantu Israel dan menembak jatuh ratusan rudal Iran yang ditujukan ke sasaran utama Israel.
Iran diketahui telah menembakkan setidaknya 180 roket ke Israel pada Selasa malam, sebelum roket tersebut menerangi langit Tel Aviv dan Yerusalem, diikuti dengan ledakan keras dan memekakkan telinga.
Namun, pemerintah Yordania membantu Israel menghalau serangan Iran yang membuat marah rakyat negara tersebut.
Pihak berwenang Yordania mendapat kecaman setelah pemerintah negara tersebut mengkonfirmasi tadi malam bahwa mereka telah menembak jatuh rudal Iran yang ditujukan ke Israel.
Iyad Al Rantsis, warga Yordania yang menentang keras peluncuran rudal Iran. Dia menekankan bahwa dia tidak bisa menerima alasan militer yang menembakkan rudal Iran ke Israel demi melindungi warga negaranya sendiri.
“Jika Yordania adalah prioritas, mengapa kita terseret ke dalam konflik yang bukan masalah kita?” Al Rensis seperti dikutip Middle East Eye (MEE).
Mohammed Al-Abasi dari Partai Uni Demokratik Yordania juga melontarkan komentar serupa. Ia meminta agar peluncuran rudal Iran tidak menyasar Yordania.
Ia juga menyayangkan warga Yordania yang mengancam kepentingan dan keamanan Israel.
“Rudal-rudal ini tidak menargetkan Yordania, jadi mengapa kita menargetkan mereka?” Kata Partai Persatuan Demokrat Yordania Mohammed al-Absi.
“Lagi pula, mengapa Yordania menyia-nyiakan kekuatan dan ekonominya dengan menembakkan rudal yang tidak dimaksudkan?” dia menambahkan. Yordania dituduh sebagai sekutu Israel
Ini bukan pertama kalinya warga negara yang menyatakan ketidaksenangan mereka terhadap keterlibatan negara tersebut dalam peluncuran rudal Iran yang menargetkan Israel pada bulan April mengambil langkah menentang pemerintah.
Saat itu, warga marah karena menilai pemerintah lebih mendukung Israel dibandingkan warga Palestina di Jalur Gaza yang tengah diserang pasukan Zionis.
Banyak warga Yordania mengungkapkan kemarahan mereka di media sosial.
“Raja Abdullah II melindungi Israel dari drone Iran, semuanya baik-baik saja. Namun, dia tidak bisa melindungi Tepi Barat,” kata pengguna X Walid al-Jamayi seperti dikutip surat kabar New Arab.
Penggambaran Yordania sebagai sekutu dan pelindung Israel telah membuat marah banyak orang di Oman.
Mereka menuduh pemerintah Yordania berusaha melindungi Israel sebagai sekutu terdekatnya selain Otoritas Palestina, di mana kedua negara telah bekerja sama dalam berbagai masalah keamanan regional sejak tahun 1994.
Pakar dan komentator Timur Tengah dan Palestina, Lamas Andoni, juga menuduh Yordania adalah sekutu dekat Israel.
Dia mengatakan Yordania terpaksa turun tangan membantu Israel di bawah tekanan Amerika karena negara itu adalah penerima bantuan Amerika dan sering bekerja sama dengan Washington.
“Amerika Serikat bermaksud memaksa Yordania untuk berpartisipasi penuh dalam membela Israel dalam aliansi Barat yang secara resmi telah menarik Yordania untuk membela Israel,” kata Andoni. Pemerintah Yordania telah membuka pintunya
Menanggapi tudingan terhadap pemerintahnya, pemerintah pusat menjelaskan bahwa Iran menganggap serangan rudal dan drone tersebut merupakan pelanggaran kedaulatannya.
Oleh karena itu, pemerintah kerajaan berhak menembak jatuh rudal Iran yang dianggap mengancam negara.
Nadel Abu Zeid, seorang analis militer dan analis politik, mengatakan kepada kantor berita MEA: “Rudal-rudal ini melintasi wilayah udara Yordania tanpa peraturan atau pemberitahuan apa pun kepada kerajaan. Kami adalah negara berdaulat.”
Dia mengatakan rudal yang jatuh di Yordania adalah proyektil rudal, bukan alat peledak, artinya sistem pertahanan udara sedang berhadapan dengan rudal yang meledak di udara.
(Tribunnews.com/Namira Yunia)