Warga dunia memperingati 76 tahun bencana “Nakba”, pelajar Filipina membakar bendera Israel.
TRIBUNNEWS.COM- Warga Palestina dan sejumlah aktivis di seluruh dunia memperingati hari Nakba ke-76, ketika setengah juta orang meninggalkan Rafah.
Para ahli telah menyamakan antara pembersihan etnis yang disebabkan oleh Nakba dan perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.
Sekitar setengah juta warga sipil Palestina melarikan diri ke kota Rafah di Gaza selatan pada tanggal 15 Mei karena ancaman invasi Israel.
Pengungsian massal warga sipil terus berlanjut ketika warga Palestina memperingati 76 tahun Nakba 1948.
Nakba, yang berarti “bencana” dalam bahasa Arab, membuka jalan bagi pembentukan negara Israel ketika pasukan militer Israel mengusir 750.000 warga Palestina dari rumah dan desa mereka.
Banyak dari mereka mengungsi di Jalur Gaza dan Tepi Barat serta negara-negara Arab terdekat.
Angkatan bersenjata Zionis menyerang desa-desa Palestina dalam upaya untuk mendirikan negara Yahudi dan membersihkan etnis penduduk setempat.
Hari Nakba terjadi ketika sedang terjadi pertempuran antara kelompok perlawanan Palestina dan pasukan Israel.
Menurut perkiraan PBB, sejak 6 Mei, sekitar 450.000 warga Palestina terpaksa meninggalkan Rafah, dan sekitar 100.000 terpaksa meninggalkan Gaza utara.
Hanya dalam waktu satu minggu, seperempat dari 2,4 juta penduduk Gaza kembali mengungsi.
Lebih dari 45.000 warga Palestina tewas akibat serangan sengit Israel di Gaza.
Setidaknya 14.500 orang yang tewas adalah anak-anak.
Protes dan demonstrasi memperingati tragedi Nakba dimulai di seluruh dunia sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina.
Mahasiswa Melbourne telah menempati sebuah aula di Universitas Melbourne dan menamainya Mahmoud Hall untuk mengenang Mahmoud al-Nuqi, seorang calon mahasiswa yang tewas dalam serangan udara Israel pada bulan Oktober.
“Kami tidak ingin universitas mendanai penelitian untuk perang,” kata mahasiswa Gemma O’Toole.
“Siswa selalu berada di pihak yang benar dalam sejarah dan selalu mendapatkan masukan yang kita dapatkan saat ini.” Mahasiswa Filipina membakar bendera Israel
Mahasiswa di Filipina juga melakukan protes, membakar bendera Israel dan AS dan menyerukan gencatan senjata meskipun ada protes dan kekerasan dari polisi.
Pekerja teknologi Jerman turun ke jalan di Berlin untuk memprotes KTT layanan web Amazon dan menuntut perusahaan tersebut menarik diri dari Project Nimbus, sebuah kontrak untuk menyediakan layanan komputasi awan dan kecerdasan buatan (AI) kepada militer Israel.
Proyek ini diyakini telah digunakan untuk menyediakan data publik untuk sistem penargetan kecerdasan buatan seperti Lavender dan untuk menyusun daftar pembunuhan Israel.
Mahasiswa Universitas Tel Aviv mengorganisir protes, namun polisi menolak melakukannya untuk pertama kalinya sejak aksi 12 tahun lalu.
Para pengunjuk rasa terdengar meneriakkan “Ini bukan Kolombia” dari mahasiswa Universitas Tel Aviv saat mahasiswa berkemah dalam solidaritas dengan Palestina.
Alumni bahkan merobek ijazahnya karena perbedaan pendapat tentang politik kampus.
Warga Palestina kini mengalami penggusuran massal dari rumah mereka dalam skala yang belum pernah terjadi sejak Nakba.
Dalam wawancara dengan Anadolu Agency, politisi Palestina Mustafa Barghouti mengatakan bahwa menyebut apa yang terjadi di Gaza sebagai “Nakba kedua, tapi lebih buruk” adalah hal yang benar. Universitas-universitas Australia di Gaza mengadakan demonstrasi untuk memperingati Hari Nakba
Mahasiswa Universitas Melbourne di Australia memulai Hari Nakba dengan protes solidaritas terhadap Jalur Gaza.
Para pengunjuk rasa menduduki aula tersebut dan menamainya Aula Mahmoud untuk mengenang Mahmoud Al Nuq, seorang pelajar yang menjanjikan yang dibunuh oleh pasukan Israel di Gaza.
“Setelah kebuntuan selama 45 menit dengan tindakan keras polisi, aktivis pemuda Palestina melancarkan protes untuk memperingati hari Nakba ke-76 dan mengutuk serangan Israel yang terus berlanjut ke Rafah, Gaza,” cuit laman X League of Filipino Students, @LFSPFilipina. Israel telah membunuh 35 ribu warga Palestina sejak 7 Oktober.
“Pada hari Nakba, para pekerja teknologi mengadakan pertemuan puncak Amazon Web Services (AWS) di Berlin untuk memprotes Proyek Nimbus Amazon, sebuah kontrak senilai $1,2 miliar dengan militer Israel. Para pekerja menuntut AWS segera menghentikan Project Nimbus.
(Sumber: Buaian)