Laporan jurnalis Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM – Saham-saham AS ditutup tidak berubah di Wall Street di New York setelah bank sentral AS, The Fed, memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin.
Pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), bank sentral AS mengisyaratkan dua kali penurunan suku bunga lebih lambat untuk tahun depan. Ketua Federal Reserve Jerome Powell melakukan penurunan suku bunga lebih lanjut untuk mengurangi inflasi yang tinggi.
“Keputusan untuk menurunkan suku bunga pada hari ini bukanlah hal yang mengejutkan. Namun, mengingat adanya revisi signifikan terhadap proyeksi, hal ini menunjukkan bahwa penurunan suku bunga tersebut merupakan hal yang dipaksakan untuk memberikan kenyamanan bagi pasar ketika The Fed meletakkan dasar bagi pendekatan kebijakan yang lebih agresif pada tahun 2025. ” kata Powell.
Namun, setelah pemotongan tersebut, tiga saham utama Wall Street jatuh ke zona merah, dengan Dow Jones Industrial Average kehilangan 10 hari berturut-turut, turun 2,58%, atau 1,123.03 poin, menjadi 42,326.87.
Kemudian, indeks luas S&P 500 turun 2,95% atau 178,45 poin menjadi 5.872,16, sedangkan indeks Nasdaq Composite turun 3,56% atau 716,37 poin menjadi 19.392,69.
Hal ini terjadi karena penurunan suku bunga menyebabkan kenaikan dolar, sehingga investor mulai meninggalkan pasar saham dan beralih ke aset dolar yang dianggap lebih menguntungkan. Bursa Asia ditutup di zona merah
Menyusul kehancuran Wall Street, sebagian besar saham Asia turun ke rekor terendah setelah Federal Reserve (Fed) mengumumkan sikap agresif dan mengisyaratkan penurunan suku bunga lebih lanjut pada tahun 2025.
Indeks saham Nikkei 225 Tokyo turun 0,7% menjadi 38.806,70, termasuk yang mengalami penurunan di antara saham-saham Asia. Hang Seng Hong Kong turun 1% menjadi 19,666.12.
Sementara di Tiongkok, Shanghai Composite Index turun 0,7% menjadi 3.357,82. Kospi Korea Selatan turun 1,5% menjadi 2,447.17 dan S&P/ASX 200 Australia turun 1,9% menjadi 8,153.80.