Wacana Angkatan Siber TNI Diangkat Lagi, TB Hasanuddin: Istilahnya Bukan Angkatan, Tapi Lembaga

Laporan reporter Tribunnews.com Gita Irawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Perbincangan perlunya pembentukan kekuatan siber TNI kembali mengemuka setelah Ketua Majelis Nasional RI Bambang Soesatyo mengangkat isu tersebut dalam pidatonya di Kongres Tahunan MPR/DPR RI 2024 pada 16 Agustus 2024.

Menanggapi hal tersebut, Anggota Komite I DPR RI dari Fraksi PDI-P, Mayjen TNI (Purn) TB Hasanuddin menilai istilah yang tepat bukanlah cyber force melainkan cyber agency TNI.

Menurutnya, konsep dunia maya juga digunakan oleh sejumlah angkatan bersenjata di negara lain.

Hal itu disampaikannya usai menghadiri pembukaan simposium Hari Konstitusi bertajuk Refleksi Konstitusi: Majelis Permusyawaratan Rakyat Indonesia Quo Vadis di Gedung Nusantara V, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Minggu (18/8/2024).

“Bukan istilah force. Melainkan organisasi yang khusus di bidang cyber science, Tentara Nasional Indonesia. Di negara lain juga sama. Iya. Tapi kadang orang menyebutnya cyber force,” kata Hasanuddin.

TB Hasanuddin memandang untuk membentuk organisasi jaringannya, TNI dapat berevolusi dari satuan jaringan TNI. 

Tujuannya terutama untuk sistem keamanan dan pertahanan.

Soal infrastruktur, menurutnya, saat ini sudah ada embrio TNI.

Karena itulah ia menamai Departemen Komunikasi dan Elektronika.

“Saya kira bisa (terbentuk). Embrionya sudah ada. Kita sudah punya badan elektronik misalnya. Bisa dikembangkan lalu disatukan, misalnya dengan teknologi dan kecerdasan,” ujarnya.

Ia mengatakan, hingga saat ini DPR telah membicarakan permasalahan tersebut dengan pejabat TNI.

Namun, menurutnya hal tersebut belum dilaksanakan.

“Sudah dibicarakan dalam rapat dengan pejabat, tapi tidak dilaksanakan,” ujarnya.

Sekadar informasi, saat ini TNI memiliki sejumlah modul online.

Di tingkat Mabes TNI, TNI memiliki Satuan Siber TNI yang dipimpin oleh seorang jenderal bintang satu.

Sementara di lapangan, TNI juga telah mendirikan Pusat Siber dan Kriptografi Angkatan Darat (Pussansiad), Angkatan Laut (Satsiberal), dan Layanan Internet. Dinas Keamanan dan Sandi Angkatan Udara (Dispamsanau) Angkatan Darat (Satsiber). Saatnya berlatih

Sebelumnya diberitakan, Ketua Majelis Permusyawaratan Indonesia (MPR) Bambang Soesatyo alias Bamsoet mengatakan, sebenarnya Tentara Nasional Indonesia (TNI) harus membentuk satuan baru yakni Cyber ​​Army.

Menurutnya, ketahanan dan keamanan siber Indonesia masih perlu ditingkatkan.

Hal ini, lanjutnya, juga terkait dengan peretasan Pusat Data Nasional yang menandakan pentingnya lembaga pemerintah untuk fokus pada keamanan siber, termasuk kepatuhan terhadap peraturan.

Selain itu, kata dia, saat ini berdasarkan Siber Nasional​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​.

Ia prihatin dengan keadaan tersebut mengingat besarnya jumlah penduduk dan letak geografis masyarakat Indonesia.

Bamsoet juga berbicara tentang dunia yang memasuki era dunia maya di medan perang di mana operasi militer semakin dapat dikendalikan dari jarak jauh dengan akurasi dan presisi yang lebih tinggi.

Berdasarkan hal tersebut, Bamsoet menilai sudah saatnya Indonesia fokus pada isu keamanan dan ketahanan siber.

Hal itu disampaikannya saat memberikan pidato pada Kongres Tahunan MPR/DPR/DPD RI di Gedung Parlemen, Senayan Jakarta, Jumat (16/8/2024).

Oleh karena itu, sudah saatnya Indonesia segera mempersiapkan pembentukan kesatuan keempat TNI yang akan memberikan kehadiran kekuatan siber untuk memperkuat ketiga yang sudah ada, yaitu angkatan darat, angkatan laut, dan angkatan udara, ”ujarnya. . Jabatan Menko Polhukam Menko Polhukam Hadi Tjahjanto mengenakan pakaian adat Aceh saat memimpin upacara HUT ke-79 Republik Indonesia di Kantor Kemenko Polhukam. untuk Kebijakan, Hukum dan Urusan Hukum. dan keamanan, Jakarta Pusat, Sabtu (17/8/2024). (Tribunnews.com/Abdi Ryanda Shakti)

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Hadi Tjahjanto menyambut baik usulan Presiden MPR Bambang Soesatyo atau Bamsoet tentang perlunya pembentukan Pasukan Siber TNI.

Ia mengatakan usulan tersebut sangat bagus mengingat risiko serangan siber akhir-akhir ini.

Hal itu diungkapkannya kepada wartawan di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Jakarta Pusat, Sabtu (17/8/2024).

“Dimensi siber ya, menurut saya bagus, apalagi kemarin kita merasa terancam dengan peretasan itu. Kita akan belajar lebih banyak lagi,” kata Hadi. Kajian Lemhannas

Gubernur Lemhanna periode 21 Februari 2022 hingga 16 Oktober 2023, Andi Widjajanto kembali angkat bicara mengenai cara memperkuat kapasitas jaringan TNI.

Menanggapi pertanyaan wartawan terkait usulan Siber TNI, ia mengatakan Siber TNI tidak boleh dibuat. dalam waktu dekat.

Namun, lanjutnya, yang bisa dilakukan dalam jangka pendek adalah dengan menaikkan pangkat perwira TNI yang memimpin satuan siber TNI sebanyak satu tingkat.

Pengumuman tersebut disampaikannya pada Konferensi Pers Gubernur Lemhannas RI Tahun 2023: “Menuju Kematangan Demokrasi Indonesia” di kantor Lemhannas RI Jakarta, Senin (18/9/2023).

“Kemungkinan pembentukan jaringan kekuatan masih panjang. Tapi mungkin nanti dari departemen jaringan yang hari ini (di bawah pimpinan perwira TNI) bintang 1, bisa jadi bintang 2, baru kita bisa buat semacam jaringan gabungan. Dia pesannya (TNI bosnya) bintang 3,” ujarnya.

“Kemudian kita akan kaji kembali apakah perlu dibentuk pasukan khusus seperti yang dibentuk di Singapura pada 28 Oktober 2022. Sekarang kita sedang menyusun road mapnya, tentu pengambil keputusannya bukan di Lemhannas, tapi kita maju ke depan. ke presiden untuk dipertimbangkan lebih lanjut untuk kebijakan operasional,” lanjutnya.

Dijelaskannya, dalam analisis skenario geografis, Lehmannas menemukan bahwa ancaman utama Indonesia ke depan bukanlah negara tertentu atau negara X yang menyerang Indonesia.

Bukan misalnya, kata dia, negara X berniat menguasai Natuna sebagai bagian wilayahnya atau ingin menguasai Papua sebagai bagian wilayahnya.

Ancaman utama bagi Indonesia ke depan adalah pertikaian antara Amerika Serikat dan Tiongkok, yang kemudian akan berdampak pada Indonesia. Perang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, baik itu perebutan Taiwan, atau perebutan Laut Cina Selatan, baik sudah berakhir. kebebasan navigasi yang kemudian berdampak pada Indonesia,” kata Andi.

Seperti tahun 1942, perang antara Jepang dan Amerika terjadi di Pasifik. Bulan Desember 1941 Jepang menyerang Pearl Harbor, Maret 1942 karena Jepang butuh energi, butuh minyak, Jepang masuk ke Balikpapan, ” pikir Spirit on.

Saat terjadi perang antara AS dan China, kata Andi, serangan pertama yang akan dilakukan terhadap Indonesia adalah serangan cyber jika ingin menguasai beberapa tempat strategis di Indonesia sebagai lompatan strategis.

Jadi, lanjutnya, jika ingin menduduki suatu titik di Indonesia, serangan pertama yang mereka lakukan tentu adalah serangan udara.

Serangan siber yang digambarkan Andi merupakan serangan yang dapat menonaktifkan seluruh radar di Indonesia dan menyebabkan komunikasi satelit tidak dapat berlangsung.

“Setelah fasilitas militer kita dilumpuhkan oleh serangan dunia maya, serangan udara akan menyusul. Hanya setelah pasukan lintas laut muncul. Ini kira-kira merupakan skenario yang diharapkan di masa depan,” katanya.

Ia mengatakan, tidak banyak negara di dunia yang mampu melakukan serangan siber dan serangan udara di Indonesia. 

Menurutnya, hanya ada empat negara yang bisa melakukan hal tersebut.

“Di dunia, kira-kira hanya empat negara yang bisa melakukan itu. Kalau ancamannya terkait kesiapan siber, kapasitas udara di empat negara itu, maka kita punya pekerjaan untuk melakukan modernisasi,” ujarnya.

“Yang dilakukan Lemhannas awalnya adalah membahas transformasi digital, kemudian memetakan keamanan siber, dan kemudian menilai kemampuan siber TNI. Kami sudah melakukan kajian mengenai hal ini,” lanjutnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *