Viral Obat Sakit Kepala Picu Anemia Aplastik, Benarkah? Simak Penjelasan Pakar UGM

Laporan reporter Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Anemia Aplastik semakin meningkat di kalangan masyarakat, seiring dengan meninggalnya komedian Babe Cabita beberapa waktu lalu.

Tak lama kemudian, ia mulai menjadi berita utama di media tentang obat sakit kepala yang dijual bebas yang menyebabkan anemia aplastik.

Benarkah itu? Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Prof. Dr. sesuai. Zullies memberi penjelasan.

Menurutnya, meski paket tersebut memiliki efek anemia aplastik, tak perlu khawatir untuk mengonsumsi obat sakit kepala.

Ia mengatakan, jumlah penderita anemia aplastik akibat penggunaan narkoba sangat sedikit.

Zullies mengatakan dalam keterangannya yang dikeluarkan, Sabtu (20/4/2024) “Biasanya digunakan sebagai pengobatan sakit kepala hanya dalam waktu singkat jika diperlukan.”

Bila Anda mengalami gejala sakit kepala yang menetap dan tidak kunjung hilang, segera temui dokter untuk memastikan adanya masalah medis.

Selain itu, selalu periksa efek obat apa pun yang digunakan, terutama jika digunakan dalam jangka panjang atau dalam dosis besar.

Sejauh ini Badan Obat BPOM RI belum melihat adanya laporan anemia aplastik akibat obat, ujarnya.

“Selama penggunaannya sesuai petunjuk, pada kemasannya terdapat informasi tentang risiko anemia aplastik yang akan dijelaskan sesuai standar BPOM. Kejadian ini sangat jarang terjadi, yaitu 1 kasus dari 1 juta karyawan. .” “Dia berkata.

Meski jarang terjadi, banyak obat yang dilaporkan berisiko menyebabkan anemia aplastik, namun antibiotik Kloramfenikol, seperti indometasin dan fenilbutazon, mungkin berisiko menyebabkan anemia aplastik, meskipun kasusnya jarang terjadi.

Kelompok antibiotik ini, termasuk sulfasalazine dan trimethoprim-sulfamethoxazole, juga dikaitkan dengan anemia aplastik.

Selain itu, obat antikonvulsan yang digunakan untuk mengobati epilepsi, seperti karbamazepin dan fenitoin, dapat menyebabkan anemia aplastik.

Tidak hanya itu, obat tiroid seperti propylthiouracil dan methimazole digunakan untuk mengobati hipertiroidisme.

Obat sitotoksik dan kemoterapi, dalam beberapa kasus obat antiretroviral, obat yang digunakan untuk mengobati HIV/AIDS telah dilaporkan menyebabkan anemia aplastik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *