Viral Kasus KDRT Selebgram, Dokter Ungkap Efek Pertengkaran Orangtua Terhadap Bayi

Laporan reporter Tribunnews.com Rina Ave

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dilakukan korban Selebgram Cut Intan Nabila menyedot perhatian publik karena sang anak berada di samping orang tuanya yang sedang bertengkar.

Kejadian ini patut menjadi alarm bagi orang tua dan anak sebagai orang tua.

Perkelahian yang sering terjadi di hadapan anak tidak hanya dapat menimbulkan luka atau trauma fisik, namun juga berdampak pada kesehatan mental dan emosional anak.

Dokter anak. K.S. Denta, MSc, Sp.A di Tribunnews.com, Selasa (13/8/2024).

Dokter lulusan Universitas Gajah Mada (UGM) ini mengatakan, banyak penelitian menunjukkan bahwa anak bisa merasa stres ketika mendengar atau melihat orang tuanya bertengkar.

“Tentu saja hal ini dapat berdampak negatif pada perkembangan otak dan mental mereka,” kata Dr. gigi

Anak-anak yang lebih mungkin mengalami konflik keluarga menunjukkan tingkat stres yang lebih tinggi, dengan peningkatan aktivitas di bagian otak yang berhubungan dengan pemrosesan emosi dan stres, katanya.

Meskipun anak belum mampu mengungkapkan pikirannya secara verbal, namun respon stres anak dapat dipelajari secara wajar dari respon biologis tubuhnya.

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang banyak terpapar konflik keluarga menunjukkan pola variabilitas detak jantung yang mirip dengan anak-anak yang memiliki gangguan stres dan masalah emosional.

Sistem saraf parasimpatis, atau sistem yang membantu Anda rileks dan pulih dari stres, tampaknya kesulitan untuk bersantai.

“Akibatnya bisa menimbulkan masalah perilaku, emosional, dan kesehatan di kemudian hari,” ujarnya.

Sebuah penelitian yang menggunakan pemindaian otak pada anak juga menemukan bahwa anak yang sering bertengkar di rumah memiliki aktivitas otak yang berbeda dibandingkan anak lainnya.

Anak-anak dari keluarga dengan tingkat konflik tinggi menunjukkan peningkatan aktivitas di bagian otak yang mengatur emosi dan stres, terutama saat mendengar suara-suara marah.

Jika tidak dihentikan, dampaknya akan bertahan hingga dewasa.

Anak yang mengungkapkan emosi negatif orangtuanya saat dewasa akan lebih sulit mengelola emosinya dengan baik.

Di sisi lain, lebih banyak penelitian menunjukkan bahwa dampak stres pada anak bisa lebih baik lagi karena otak anak masih fleksibel.

Ketika sudah sering terjadi pertengkaran, orang tua langsung memaafkan anak.

“Orang tua juga sebaiknya menerapkan pola asuh yang hangat, peka, dan peka untuk melindungi anak dari dampak negatif lingkungan yang penuh tekanan,” kata dokter di RS Mayapada Jakarta Selatan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *