Laporan jurnalis Tribunnews.com Aisya Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sebuah video berisi misinformasi tentang bahaya vaksinasi bagi anak belakangan ini beredar di media sosial.
Video tersebut menunjukkan imunisasi merusak sel dan DNA sehingga menyebabkan penyakit autoimun, meningitis, dan penyakit lainnya.
Direktur Departemen Manajemen Imunisasi Kementerian Kesehatan RI dr Prima Yosefin MKM menyatakan narasi dalam video tersebut sangat tidak tepat dan menyesatkan.
Ia menghimbau masyarakat untuk mendapatkan informasi terpercaya dari sumber terpercaya, seperti situs resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).
“Cerita ini sepenuhnya salah. Imunisasi tidak bisa merusak sel dan DNA. Kami mengimbau masyarakat mencari informasi yang benar di website Kementerian Kesehatan, WHO, dan CDC,” ujarnya. Prima, situs resmi Kementerian Kesehatan, WHO, dan CDC. Kesehatan (07/07/2024).
Kemudian Ketua Komisi Nasional Pengkajian dan Pengendalian Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas PP KIPI) Profesor Dr Hindra Irawan Satari SpA(K) Trop Paed menambahkan, cerita kerusakan sel dan DNA akibat imunisasi sudah beredar. waktu yang lama.
Menurut Hindra, belum ada bukti ilmiah yang menghubungkan imunisasi dengan kerusakan sel dan DNA, penyakit autoimun, atau meningitis.
“Masalah ini sudah ada sejak tahun 2002, dan hingga saat ini belum ada bukti yang menghubungkan vaksinasi dengan kerusakan DNA, penyakit autoimun, dan meningitis,” kata Profesor Hindra.
Padahal, lanjut Profesor Hindra, vaksinasi merupakan upaya memberikan vaksin kepada seseorang untuk melindungi diri dari penyakit tertentu.
Untuk meningkatkan imunitas tubuh terhadap berbagai penyakit menular di kemudian hari.
Selain itu, vaksinasi tidak hanya melindungi masyarakat dari penyakit serius.
Namun hal ini melindungi masyarakat dengan membangun kekebalan sosial dan meminimalkan penyebaran penyakit.
Kementerian Kesehatan RI menekankan pentingnya vaksinasi anak yang tepat waktu.
Sebab, vaksinasi membantu membangun kekebalan tubuh sebelum anak terkena penyakit yang mengancam jiwa.
Selain itu, vaksin-vaksin yang disertakan telah diuji keamanan dan kemanjurannya pada anak-anak pada usia yang direkomendasikan.
Efek samping yang umum dari vaksin ini termasuk nyeri, demam, atau sakit kepala. Efek samping tersebut dikenal dengan kejadian merugikan setelah imunisasi (KIPI).
Namun perlu diingat bahwa KIPI tidak selalu terjadi, dan manfaat imunisasi jauh lebih besar dibandingkan risiko efek sampingnya.
Vaksinasi juga membantu mengurangi kekhawatiran orang tua terhadap penyakit berbahaya dan menular pada anak.
Dengan vaksinasi, orang tua dapat lebih yakin akan tumbuh kembang anaknya yang sehat dan aman.
Penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin antara lain hepatitis B, tuberkulosis (TB), tetanus, difteri, batuk rejan, polio, meningitis, pneumonia, campak, dan rubella.