Khalidin Umar Barat melaporkan dari Arab Saudi
SERAMBINEWS.COM, Medina – Media sosial Tanah Air dihebohkan dengan beredarnya foto seorang wanita lanjut usia yang mengaku jemaah haji yang terpisah dari rombongannya dan dicopet.
Postingan yang viral sejak Jumat (24 Mei 2024) itu mendapat banyak reaksi netizen dengan beragam komentar.
Jurnalis Tribune News Khalidin Umar Barat yang merupakan pejabat Arab Saudi di Hajj Media Center (MCH) 2024 mengaku sudah berulang kali melakukan kunjungan dengan konfirmasi dari pejabat berwenang di Arab Saudi.
Manajer Wilayah Kerja Madina (Dakar) Ali Machzumi saat dikonfirmasi kepada tim Hajj Media Center (MCH), ada seorang perempuan lanjut usia yang dibawa ke kantornya pada Jumat (24/05/2024).
Namun, kata Ali Makhzoomi, wanita tersebut bukanlah jemaah haji biasa dan bukan pula haji khusus.
Setelah diselidiki, ternyata wanita tua tersebut merupakan jamaah haji tanpa visa.
“Memang benar dua hari lalu ada warga Arab Saudi yang mengantar nenek tua ke kantor Madinah Dakar. “Kami sudah pastikan yang bersangkutan bukan jamaah haji biasa,” kata Ali Makhzoomi di Madinah, Minggu (26 Mei 2024).
Menurut Ali Machzumi, Dadi bermalam di kantor Medina Dakar.
Timnya sudah melakukan proses pengecekan sistem haji dan dipastikan dia bukan haji, bukan haji umum atau khusus.
Meski bukan jemaah reguler dan khusus seperti pemerintah PPIH, namun Arab Saudi tetap memberikan bantuan dan fasilitas untuk mendatangkan jemaah kembali.
Dadi kini telah kembali ke kelompok yang membawanya ke tanah suci ini. Nenek kembali. Keluarganya menjemputnya lebih awal ketika petugas Dak di Madinah menghubunginya.
“Meski dia bukan jemaah biasa atau jemaah khusus, kami tetap membantu dia. “Karena bagaimanapun dia adalah warga negara Indonesia,” kata Ali Machzumi.
Nenek kesulitan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.
Pihak keluarga bersyukur atas bantuan petugas DAC Medina yang mampu mempertemukan kembali sang nenek dengan lingkungan sekitar.
Sebelumnya, di media sosial ditemukan foto seorang perempuan lanjut usia (lansia) yang dipisahkan dari rombongan lalu dicopet dan ditemukan tanpa dokumen.
Dikatakan bahwa lelaki tua itu bekerja di kantor Arab Post di Madinah. Informasi tersebut antara lain muncul di salah satu akun Facebook dan menarik perhatian masyarakat.
Postingan foto lama ini disertai dengan keterangan: “Jemaah Indonesia baru saja dirampok beberapa jam yang lalu, tanpa tanda pengenal.
“Belum ada kabar rombongan mana dan kapal apa yang berlayar, lokasi di Dakar, Indonesia, Arab Saudi, setelah pengawalan Arab… Silakan dibagikan secara online agar dapat segera dikembalikan kepada rombongan dan timnya.”
Jamaah reguler dan khusus dibekali seragam batik resmi, tas belanja resmi, kartu identitas, gelang yang disediakan pemerintah berupa paspor dan tanda pengenal nama, tas dan bagian lainnya.
Kementerian Agama membekali setiap jemaah Indonesia dengan kalung tanda pengenal (KTP) dan gelang berbahan logam untuk keperluan identifikasi selama berada di Tanah Suci.
Gelang tanda pengenal sudah ada sejak lama dan menjadi ciri khas jamaah dan petugas haji Indonesia.
“Gelang pengenal menjadi ciri khas jamaah haji Indonesia dan pada tahun ini diberikan tambahan KTP untuk dipakai jamaah,” kata Bagian Siskohat (Sistem Informasi Haji Terpadu) PPIH Madinah Sektor 1 di Thabrani.
Thabrani menjelaskan, KTP jemaah memuat informasi lebih lengkap tentang jemaah, mulai dari tanggal pemberangkatan, rombongan, nama dan nomor telepon ketua rombongan, nama hotel yang mereka tempati selama berada di Mekkah dan Medina, sampai tanggal kepulangan mereka, ” katanya.
“Untuk mengetahui seluruh data jemaah, cukup scan barcode QR yang ada di KTP maka semua data tentang jemaah akan terungkap,” jelas Thabrani, Minggu (12/05/2024).
Sedangkan gelang tanda pengenal berisi nama, nomor paspor, negara asal dan beberapa keterangan lain tentang majelis tersebut, ”lanjutnya.
Dia menegaskan, umat beriman tidak boleh melepas gelang dan KTP.
“Petugas atau jemaah lainnya yang menemui jemaah hilang dapat menggunakan gelang tanda pengenal dan detail kartu yang dimiliki jemaah untuk membantu menemukan alamat hotel jemaah tersebut,” tutupnya.
Persoalannya, di luar tempat ziarah reguler dan khusus, banyak jemaah haji yang tidak memiliki identitas sehingga sulit ditelusuri jika ada masalah. (*)