TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wakil Presiden Parai Gelora Fahri Hamzah angkat bicara mengenai dinamika politik pasca Pilpres 2024 dalam wawancara eksklusif dengan Direktur Berita Tribun Network Febby Mahendra Putra, Studio Tribunnews, Jakarta, Senin (5 Juni 2024).
Dalam perbincangan tersebut, DPR menanggapi President’s Club yang diajukan Presiden terpilih Prabowo Subianto, mantan Wakil Presiden RI.
Menurutnya, pidato Prabowo merupakan langkah elite, khususnya mantan presiden, untuk bersatu membangun negara.
Apalagi, saat ini Prabowo sedang melakukan safari politik dengan presiden-presiden sebelumnya untuk membangun hubungan baik.
Fahri pun memahami, pembentukan klub presidensial yang diajukan Prabowo didasarkan pada kondisi politik elite saat ini.
Kekhawatiran terhadap konflik antar elite berakar pada sistem politik yang perlu diperbaiki karena terlalu liberal.
Konflik dan persaingan kemudian menimbulkan irasionalitas, masalah pribadi, penghinaan, rasa tidak berterima kasih, pengkhianatan, dan sebagainya. aspeknya terlalu luas untuk diikuti atau dimasukkan.
“Saya pikir masalah keluarga dan hal-hal lain yang saat ini menyebabkan ketegangan di kalangan elite kita tidak berdasar.”
“Nah, saya kira kalau yang dibicarakan ide klub presiden itu yang terakhir, kerangka hilirnya, kita susun dulu,” kata Fahri.
Pemerintah harus menjadi antitesis
Fahri Hamzah juga mengatakan, partai-partai selain pendukung Wakil Presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming yang akan terpilih menjadi presiden 2024, harus terus meminta pendapat masyarakat.
Sebab, Fahri menilai, seharusnya pemerintahan Prabowo-Gibran tetap memiliki kontrol eksternal.
Mantan Wakil Ketua DPR RI ini juga mengungkapkan dirinya menjadi juru bicara partai selain KIM, khususnya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) untuk terus mengembangkan gagasan tersebut. -ku .
“Contohnya PKS, karena saya di PKS kenapa tidak dikembangkan begitu kuat gagasan Islamnya?”
Kemudian, sambil menjalankan pemerintahan, tawarkan alternatif terhadap ideologi Islam.”
“Mungkin bisa ampuh, dan kalau kita tetap berpegang pada gagasan itu, maka akan menjadi alternatif pemikiran,” kata Fahri.
“Di sebelah kiri, ada kawan-kawan PDIP yang melihat gagasan Sukarnois sebagai jalur politik dan mengkritik kebijakan-kebijakan, misalnya pemerintahan Pak Prabowo dan kawan-kawan.”
“Mungkin Pak Prabowo dan kawan-kawan bisa dianggap, misalnya Orde Baru, tapi itu akan memberi kita perlawanan yang baik,” ujarnya.
Selengkapnya, saksikan wawancara eksklusif Direktur Berita Tribune Network Febbi Mahendra Putra dengan Fahri Hamzah di Tribune Network Studio, Jakarta, Senin (5 Juni 2024).(*)