TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto melantik Menteri Kabinet Merah Putih masa jabatan 2024-2029.
Presiden Prabowo melantik 48 menteri dan 5 pejabat setingkat menteri di Istana Negara, Jakarta, Senin (21/10/2024) pagi.
Jika ditambah wakil menteri, total ada 109 orang yang membantu Prabowo dan wakilnya Gibran Rakabuming Raka.
Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Lucius Karus menyoroti Kabinet Jumbo Prabowo-Gibran.
Lucius Karus bercerita tentang pengalaman Kabinet 100 Menteri atau Kabinet Dwikora pada masa Presiden Soekarno yang berakhir dengan pembubaran.
Tentu waktu yang akan menjawab apakah nasib Kabinet Merah Putih ini akan sama dengan Kabinet Menteri 100 pada masa pemerintahan Soekarno, kata Lucius Karus dalam wawancara eksklusif dengan program Tribunnews On Focus, Selasa (21 /10/2019). ). 2024).
Dia mengatakan, Kabinet Jumbo Prabowo-Gibran lebih mudah dijelaskan sebagai peluang untuk menyambut baik banyaknya pihak yang telah memberikan bantuan untuk meraih kemenangan pada Pilpres 2024.
“Yang paling penting menurut saya ditunjukkan oleh presiden setelah memiliki kabinet yang gemuk, bagaimana presiden menjelaskan kepada masyarakat bahwa kabinet yang gemuk ini tidak berakhir hanya pada pengeluaran anggaran saja,” ujarnya.
“Kalau dari segi jumlah, menurut saya terlalu banyak kalau seorang Menteri dibantu tiga Wakil Menteri. Apalagi kita tahu di kementerian itu ada dirjen, strukturnya sangat besar. anggaran katanya.
Manifestasi kembali Kabinet dalam satu tahun pemerintahan
Dia memperkirakan Presiden Prabowo akan melakukan perombakan kabinet satu tahun setelah pemerintahannya.
Evaluasi berdasarkan kinerja Menteri dan Wakil Menteri menjadi dasar Presiden Prabowo melakukan perombakan kabinet.
“Yang terpenting adalah tahun pertama, karena setahun kemudian para Menteri diberi kesempatan, apakah rencana yang dibuat pada 100 hari pertama bisa terlaksana sesuai tujuan yang telah ditetapkan bersama presiden,” ujarnya. katanya.
Saya kira tahun pertama akan ada evaluasi Menteri Kabinet Merah Putih, kemudian dilanjutkan dengan reshuffle Menteri yang dinilai tidak kompeten, ujarnya.
Selain itu, ia juga menyinggung partai-partai yang tidak memiliki wakil di kabinet, seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai NasDem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Menurut dia, ada kemungkinan ketiga partai tersebut menjadi oposisi.(*)
Saksikan wawancara eksklusifnya hanya di YouTube Tribunnews!