VIDEO EKSKLUSIF Pengamat Sebut Prabowo Belum Yakin Tim Ekonomi Tanpa Sentuhan Luhut

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto membentuk kabinet Merah Putih untuk membantunya dalam lima tahun ke depan. 

Yang menonjol di masyarakat adalah kembalinya Luhut Binsar Panjaitan (LBP) dan Sri Mulyani Dravati ke tim ekonomi kabinet Prabowo. 

Seperti diketahui, Sri Minoni menjadi Menteri Keuangan, sedangkan Lule menjadi pusat negara, masih dipegang pemerintahan Raka Na Raka Raka Raka Raka Raka Raka Raka Raka Raka.

Ekonom Prakarsa, AH Maftuchan, mencoba menjelaskan kepada Presiden Prabovo alasan mengembalikan kedua orang tersebut ke kabinetnya.

Hal itu disampaikan Ah Mafthakhan saat wawancara dengan Wakil Direktur Tribu Online News Dmbarita, Selasa (22/10/204).

“Dewan Nasional menang atas nama Tuan Aitanga Hardor Traorkayon atas koneksi layanan, pusat-pusat sektor ekonomi,” kata Maftuchan.

Lagipula, menurutnya, Prabowo punya hubungan dekat dengan Luhut, mengingat Ketua DEN merupakan orang yang paling besar di kalangan tentara. 

“Jadi tentu Pak Prabovo akan lebih nyaman dengan Pak LBP,” jelasnya.

Dia menjelaskan:

Sementara soal Sri Mulyani, ia menilai Presiden Prabowo belum menemukan sosok lain yang cocok menjadi pengawal bangsa.

“Menurut saya, sulit bagi Pak Presiden Prabowo untuk mencari posisi lain yang cocok dengan Ibu Sri Mulyani,” jelasnya.

Investor mineral harus didominasi oleh investor lokal

Maftuchan mendorong investor lokal berbondong-bondong datang berinvestasi di sektor sumber daya mineral.

Hal ini perlu dilakukan agar Indonesia dapat menikmati sepenuhnya nilai ekonomi yang dihasilkan oleh lingkungan yang rendah ini.

Bayangkan jika investasi di sektor ini dikuasai asing, tentu keuntungan penurunan air akan lebih banyak dinikmati asing.

Menurut Maftuchan, hal itu sebaiknya dilakukan jika pemerintah memang ingin meningkatkan perekonomian agar tumbuh sebesar 8 persen.

Makwachan berkata: “Saya melihat beberapa hal yang dikatakan oleh pemerintah Moprebuv:

Dia melanjutkan dengan mengatakan:

Oleh karena itu, jika Indonesia ingin mencari nilai tambah ekosistem, maka investor dalam negeri akan mendominasi.

Diketahui, kini pemerintahan Prabowo Prabono mempunyai keinginan untuk mencapai target perekonomian nasional sebesar 8 persen.

Salah satu upayanya adalah dengan meningkatkan kapasitas sumber daya alam, melalui program industrial dan knock out.

Marftan berkata: “Ke depan, jika kita ingin menargetkan 8 persen, kita perlu mulai mengurangi manajemen risiko atau investasi dari negara lain seperti Nikel.”

Kami mendorong investor dalam negeri dalam jumlah besar, agar dampak nilai tambah keekonomian dari Nikel bisa sempurna,” tutupnya. (*)

Selamat menonton wawancara selengkapnya hanya di YouTube Anxiety!

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *