TRIBUNNEWS.COM – Foto bersama lima anggota Nahdlatul Ulama (NU) yang bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog menuai kontroversi di kalangan umat Islam di Indonesia, khususnya di lingkungan NU sendiri.
Foto tersebut menuai kontroversi karena Israel kini dianggap sebagai pelanggar HAM menyusul serangan gencarnya ke Gaza.
Foto kontroversial tersebut memperlihatkan salah satu warga NU mengambil foto, seorang intelektual bernama Zainul Maarif.
Dia tampak berada di tengah, mengenakan jaket abu-abu, topi hitam, dan celana hitam, dan tepat di samping Isaac Herzog.
Bahkan ia mengunggah foto bersama Isaac Herzog di akun Instagram pribadinya @zenmaarif.
Lebih lanjut, Maarif mengaku dalam caption unggahannya, dirinya dan empat warga NU lainnya sempat bertemu dengan Isaac Herzog.
Ia mengatakan, ada diskusi antara Herzog dan rombongan mengenai konflik Hamas-Israel.
Maarif juga mengungkapkan, hubungan Indonesia dan Israel juga dibahas dalam pertemuan dengan Herzog. Akun Instagram warga Nahdlatul Ulama (NU) Zainul Maarif diblokir setelah ia dan empat warga NU lainnya bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog. Foto tersebut mendapat kecaman dari berbagai pihak, termasuk Ketua PBNU Savic Ali. Dia menegaskan pertemuan itu tidak mengatasnamakan PBNU.
Ia juga mengkritik boikot yang dilakukan beberapa partai politik untuk mengutuk serangan Israel di Jalur Gaza.
“Saya bukan seorang pengunjuk rasa, tapi seorang filsuf agama. Daripada melakukan demonstrasi dan boikot di jalanan, saya lebih memilih berdiskusi dan mengutarakan pemikiran saya.”
Terkait konflik Hamas-Israel dan hubungan Indonesia-Israel, kami dan rombongan berdialog langsung dengan Presiden Israel Isaac Herzog (yang duduk berdasi biru) di istana presiden. Semoga ada hasil yang lebih baik bagi kita semua. ,” tulisnya dalam unggahan foto pertemuannya dengan Herzog.
Namun setelah fotonya tersebar, akun Instagram Maarif langsung dibom.
Sebaliknya, selain Maarif, empat warga NU lain yang ditemui Herzog adalah Gus Syukron Makmun, Dr Zainul Maarif, Munawar Aziz, Nurul Bahrul Ulum, dan Izza Annafisah Dania.
PBNU menyebut pertemuan dengan Presiden Israel itu bukan atas nama organisasi tersebut
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) malah menyayangkan pertemuan lima Nahdlyin dengan Presiden Israel Isaac Herzog.
Kunjungan tersebut dinilai sebagai tindakan seseorang yang tidak memahami geopolitik, politik organisasi NU, atau perasaan seluruh warga NU.
Ketua PBNU Savic Ali mengatakan kelima anggota NU itu tidak mengatasnamakan organisasi.
“Kami tidak tahu apa tujuannya dan siapa yang mensponsori. Itu tindakan yang sangat disayangkan,” kata Savic dalam keterangan yang dimuat di situs resmi NU, Minggu malam (14/7/2024).
Savic menilai meski melakukan kunjungan pribadi, mereka dikenal sebagai warga NU bahkan aktivis, dan hal itu akan merusak citra NU di mata masyarakat.
Memang sikap PBNU dan Nahdliyn masih sangat jelas hingga saat ini: mereka berpihak pada Palestina dan mengutuk agresi militer Israel.
“Selama ini Israel tidak mengakui Palestina dan terus melakukan agresi militer yang memakan ribuan korban. Israel terus melemparkan bom dan peluru ke warga Palestina. Banyak korbannya, warga sipil,” ujarnya.
Savic menegaskan, PBNU saat ini sedang melakukan kontak intensif dengan Palestina untuk membahas situasi terkini.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Ulil Abshar-Abdalla dan Pengurus Musim Liburan Nahdlatul Ulama (Lakpesdam) PBNU 2022-2027 pun ikut mengkritik.
Ia bercerita tentang kunjungan lima orang Nahdlyin.
“Saya pribadi mengutuk keras kepergian lima anak NU ke Israel baru-baru ini,” kata Ulil di akun pribadinya di X Media, Minggu malam (14/7/2024).
Ia menegaskan, kunjungan tersebut tidak dapat diterima dengan alasan apapun. Ulil juga mengatakan kunjungan tersebut merupakan kunjungan pribadi dan tidak disponsori oleh NU.
“Di tengah kebrutalan yang terjadi di Israel saat ini, berkunjung ke Israel, apalagi bertemu dengan Presiden Israel, adalah tindakan yang tidak dapat diterima. Mereka berangkat dengan nama pribadi, bukan dengan NU,” imbuhnya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto/Malvyandie Haryadi)
Artikel lain terkait konflik Palestina-Israel