Update Investigasi Jatuhnya Helikopter Ebrahim Raisi, Militer Iran Pastikan Tak Ada Unsur Sabotase

TRIBUNNEWS.COM – Tepat sepuluh hari setelah jatuhnya helikopter yang membawa Presiden Iran Ibrahim Raisi pada 19 Mei 2024, hasil penyelidikan penyebab tragedi tersebut akhirnya diumumkan.

Tribunnews mengutip kantor berita pusat Iran, IRNA, yang mengatakan bahwa penyelidik militer Iran mengonfirmasi bahwa tragedi tersebut tidak mengandung unsur sabotase atau serangan dunia maya.

Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran mengumumkan hal itu setelah tidak menemukan bukti adanya ledakan atau unsur mencurigakan lainnya yang menewaskan Presiden Ebrahim Raisi.

Pada Rabu (29 Mei 2024), Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran menerbitkan laporan kedua tentang jatuhnya helikopter yang juga menewaskan Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian.

Oleh karena itu, berdasarkan sampel dan pengujian yang dilakukan terhadap puing-puing dan bagian-bagian helikopter, serta pola sebaran puing-puing tersebut di dalam badan utama, para penyelidik menyimpulkan bahwa tragedi tersebut dapat dikesampingkan. .

Selain itu, penyidik ​​​​memeriksa secara cermat sebagian besar dokumen terkait pemeliharaan helikopter yang membawa Presiden Iran dalam perjalanan.

Militer mengatakan tidak menemukan masalah yang menyebabkan kecelakaan itu, tambahnya.

Laporan tersebut juga menemukan tidak ada unsur kelalaian terkait kapasitas helikopter tersebut.

Hasil penyelidikan menunjukkan tidak ada pelanggaran terhadap standar beban maksimum yang boleh dibawa pada saat lepas landas, selama penerbangan, dan dalam perjalanan pulang.

Tentara menegaskan bahwa semua elemen yang ada “dalam batas yang dapat diterima” dalam hal kemampuan tempur.

Rekaman percakapan antara awak pesawat menunjukkan bahwa kontak terakhir dengan pilot sebelum insiden dan penghentian respons mereka berlangsung selama 69 detik dan tidak ada pernyataan darurat yang dibuat selama waktu tersebut.

Melalui penyelidikan ini, penyelidik militer juga membantah tuduhan adanya gangguan pada sistem komunikasi atau gangguan frekuensi pada helikopter.

Mereka menemukan bahwa kontak dengan pesawat dipertahankan pada frekuensi tertentu sepanjang penerbangan dan hingga 69 detik sebelum kecelakaan.

Laporan itu juga menyebutkan tidak ada indikasi helikopter kepresidenan diserang serangan siber.

Staf Umum merilis laporan pertamanya mengenai insiden tersebut pada tanggal 24 Mei, mengatakan penyelidikan akan berlanjut sampai akar penyebab kecelakaan tersebut ditentukan dan hasilnya diumumkan ke publik.

(Tribunnews.com/Bobby)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *