Laporan Danang Triatmojo dari TribuneNews.com
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Luar Negeri RI periode 1999-2001 yang juga pernah menjadi Utusan Khusus Presiden untuk Timur Tengah dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) periode 2016-2019, Alvi Shihab, merujuk pada hasil pertemuan tersebut. survei tahun 2018 yang menyatakan bahwa 50 persen guru agama mengalami intoleransi.
Situasi ini berbahaya jika dibiarkan atau diabaikan, katanya. Karena guru agama adalah pemimpin masa depan.
Ia mempertanyakan apa jadinya bangsa Indonesia jika seluruh elemen tidak bersama-sama bertanggung jawab mengatasi masalah ini.
“Pada tahun 2018, lebih dari 50 persen ustadz terbukti intoleran, dan ini sangat berbahaya. Jika ustadz yang intoleran ini menjadi pemimpin kita di masa depan, jika kita tidak secara kolektif mengambil tanggung jawab untuk mengakhirinya, apa jadinya? Indonesia? Ini , ”kata Alvi, Jumat (5/7/2024), saat konferensi pers jelang Konferensi Internasional Literasi Antarbudaya (LKLB) di kawasan Senen.
Peran masyarakat Indonesia dinilai penting dalam membangun kehidupan yang saling menghormati, menerima perbedaan dan mengabaikannya.
“Kita bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa kita, yang harus kita lakukan melalui hubungan yang saling menghormati, menerima perbedaan dan tidak menghinanya dalam kehidupan kita sehari-hari,” ujarnya.
Menurut Alvi, pedagogi merupakan jalan keluar dari pemahaman radikal.
“Semua itu harus dilakukan melalui edukasi, termasuk melihat adanya dogma-dogma radikal yang tidak boleh seperti ‘Natal’ dan tidak boleh merayakan ulang tahun,” ujarnya.