UMKM Lokal Sulit Berkembang, Menteri Teten: Sebagian Besar Didirikan Tak Berdasarkan Riset

Seperti dilansir reporter Tribunnews.com Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM JAKARTA: Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki menjelaskan mengapa usaha kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia bermasalah dengan pembangunan.

Ia mengatakan, hal ini disebabkan karena usaha kecil dan menengah mendirikan usaha tanpa hasil penelitian.

“Kebanyakan pelaku usaha di Indonesia khususnya di bidang UMKM tidak bertumpu pada hasil riset atau inovasi sehingga kegiatan usahanya cenderung sulit untuk berkembang secara optimis.” Teknologi (KST) Kecamatan Cibinong, Bogor melalui keterangan tertulis, Sabtu (20/7/2024).

Teten juga menekankan, sudah saatnya UMKM dan dunia usaha bisa menjalankan usahanya berdasarkan hasil penelitian.

Ia mengatakan KemenKopUKM ingin menggandeng Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk membuka peluang kerjasama bisnis penelitian dan hasil-hasil baru sehingga bisa menjadi sumber perekonomian baru.

BRIN sebagai lembaga pemerintah dinilai memiliki banyak hasil penelitian yang berpotensi untuk terus mencapai tingkat kinerja di dunia usaha.

“Kami ingin bekerja sama dengan BRIN untuk memperdagangkan hasil penelitian. Presiden menunjuk saya untuk melakukan pembenahan di zona ekonomi,” kata Teten.

“Jadi kalau hasil penelitian ini bisa diperdagangkan, kita sudah punya ekosistemnya, jadi kita sambung saja.

Selama ini perekonomian Indonesia semakin ditopang oleh industri manufaktur yang bergerak di bidang pertambangan dan perkebunan kelapa sawit, kata Teten.

Menurutnya, masih banyak sumber energi lain yang perlu dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai sumber ekonomi baru.

Hal lain yang tak luput dari perhatian Teten adalah inovasi teknologi digital sejak awal terfokus pada permintaan pembayaran dan e-commerce.

Ia meyakini keberhasilan diperlukan untuk menyediakan perangkat teknologi yang dapat memperlancar produktivitas baik di bidang pertanian, perikanan, maupun perkebunan.

Lagi-lagi, permasalahan ini dinilai terjadi karena banyak startup yang tidak mengandalkan hasil riset mendalam.

Oleh karena itu, kami menyiapkan sejumlah start-up yang merupakan inisiatif penting untuk mulai melakukan upgrade teknologi guna mendukung pengembangan UMKM di sektor manufaktur, kata Teten.

Teten berharap usaha kecil menengah dan start-up di Indonesia dapat meniru ekosistem bisnis UMKM di Korea, Jepang, Belanda, dan Australia.

UMKM dan Startup di Tanah Air berbasis pada hasil penelitian sehingga mampu menghasilkan sumber daya ekonomi baru.

Pengembangan usaha yang dilaksanakan juga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi sumber daya dan kemampuan di masing-masing daerah.

“Saya berharap jika kita bisa mengolah produk berbasis bahan baku lokal, kita bisa mendapatkan manfaat dan berdaya saing. Untuk itu perlu kerja sama dengan BRIN,” pungkas Teten.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *