TRIBUNNEWS.COM – Pejabat senior Lebanon mengunjungi beberapa diplomat dan jurnalis asing di Bandara Internasional Rafik Hariri Beirut pada Senin (24//2024).
Perjalanan tersebut diselenggarakan oleh Lebanon untuk membantah artikel di surat kabar Telegraph Inggris yang menuduh Hizbullah menggunakan bandara Beirut sebagai gudang senjata.
Menteri Pariwisata Ali Hamieh saat memimpin tur menjelaskan bahwa tudingan tersebut tidak benar.
Dia menekankan, Bandara Beirut beroperasi sesuai prosedur internasional.
“Bandara ini memenuhi standar internasional,” kata Ali Hamiyeh seperti dikutip Middle East Eye.
Tur tersebut dihadiri oleh perwakilan negara asing, termasuk delegasi dari Mesir, Jerman, dan Uni Eropa.
The Telegraph sebelumnya melaporkan bahwa Hizbullah menyimpan rudal dan roket di Bandara Beirut.
“Kelompok bersenjata Syiah menyimpan rudal dan roket di bandara, tempat para pembom melaporkan kedatangan kotak-kotak besar,” tulis The Telegraph.
Mengetahui tudingan tersebut, pihak sponsor langsung menggelar konferensi pers dan menyangkal artikel tersebut.
Pembela mengatakan tuduhan itu salah.
“Tidak ada senjata yang masuk dan keluar dari Beirut,” kata Asghar al-Awsat yang dikutip Hamih.
Menurut Hami, pemberitaan tersebut merupakan perang psikologis dan bertujuan merusak reputasi satu-satunya bandara internasional di Tanah Air.
“Semua ilusi dan kebohongan yang ditujukan untuk mengancam Bandara Beirut dan pekerja sipilnya, serta penumpang yang berangkat dan kembali dari bandara, semuanya bersifat sipil,” katanya mengutip Palestine Chronicle.
Dia meminta The Telegraph untuk menyerahkan tuduhan tersebut kepada Departemen Transportasi Inggris.
“Ini instansi utama yang bertanggung jawab atas lalu lintas di bandara,” ujarnya.
Pelindungnya sangat marah dan mempertanyakan kredibilitas surat kabar tersebut.
“Mungkinkah sebuah surat kabar populer mengubah sumbernya dalam waktu satu jam?” diminta.
Klaim harian Inggris tersebut muncul ketika pertukaran lintas batas antara Hizbullah dan Israel semakin intensif dalam beberapa pekan terakhir.
Israel dan Hizbullah membalas hampir setiap hari sejak 8 Oktober, ketika Israel melancarkan perang di Gaza.
Namun konflik meningkat setelah Israel membunuh salah satu anggota paling senior Hizbullah, Taleb Sami Abdullah.
Sebagai tanggapan, Hizbullah meluncurkan ratusan drone dan roket ke Israel.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel lain terkait Bandara Beirut, Lebanon, dan Hizbullah