TRIBUNNEWS.COM, New York – Tupperware Brands bersiap menghadapi kebangkrutan minggu ini setelah upaya meningkatkan kinerja perusahaan ditolak.
Bisnis Tupware menurun karena lemahnya permintaan pasar. Tupperware adalah merek peralatan rumah tangga terkenal karena perusahaannya telah berkecimpung dalam industri penyimpanan makanan selama lebih dari satu abad.
Sumber tersebut mengatakan perusahaan mencari perlindungan hukum setelah gagal membayar pembayaran kepada kreditor.
Pengajuan kebangkrutan terjadi setelah negosiasi panjang antara Tupperware dan kreditor mengenai utang perusahaan sebesar $700 juta.
Kreditor telah setuju untuk memberikan keringanan kepada Tupperware karena gagal bayar atas pinjamannya, namun situasi perusahaan terus memburuk.
Rencana tersebut belum final dan dapat berubah. Manajemen Program Cooper menolak berkomentar.
Tupperware sendiri sempat menyatakan keraguannya akan kemampuannya bertahan. Juni lalu, Tupperware mengumumkan rencana menutup satu-satunya pabriknya di AS dan memberhentikan sekitar 150 pekerja.
Pada tahun tersebut Pada tahun 2023, Tupperware mencopot Miguel Fernandez dari dewan direksi dan menunjuk Lori Ann Goldman sebagai CEO baru dalam upaya meningkatkan operasional perusahaan.
Namun upaya tersebut belum membuahkan hasil.
Tupperware pertama kali memperkenalkan produk plastiknya pada tahun 1946 setelah pendirinya Earl Tupper menemukan segel kedap udara.
Merek ini dengan cepat mendapat pengakuan dan menyebar ke rumah tangga di seluruh Amerika.