Tunggakan Sewa Penghuni Rusun Marunda Menumpuk, Warga: Karena Banyak yang Kesulitan Dapat Kerja

Laporan jurnalis Tribunnews, Wilhelmina Fitriani

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tunggakan sewa penghuni Apartemen Marunda di Jakarta Utara semakin bertambah. Banyak warga kesulitan membayar sewa bulanan karena tekanan keuangan.

Keadaan ini menimbulkan kegelisahan dan tekanan dari masyarakat agar pemerintah menyediakan lapangan kerja dan meningkatkan akses terhadap layanan yang dianggap sulit.

Sejumlah warga mengeluhkan minimnya lapangan kerja di kawasan tersebut. “Kita maunya bayar, tapi dari mana kalau cari kerja susah? “Kami tidak malas, tapi pilihannya sangat terbatas,” Yanti, salah satu warga Rusun Marunda, kepada Tribunnews, Rabu (28/8/2024).

Akibat minimnya lapangan pekerjaan, lanjut Yanti, sebagian besar warga Rusun Marunda memilih kembali ke tempat asal sebelum digusur.

Rusun Marunda diketahui dihuni warga korban penggusuran di sejumlah tempat seperti Luar Batang, Pasar Ikan, dan Kampung Pulo. Mereka yang tinggal di lahan Ruang Terbuka Hijau milik Pemprov DKI Jakarta juga direlokasi ke apartemen tersebut.

“Beberapa warga memilih berangkat ke tempat asalnya yang dekat dengan lokasi penggusuran untuk bekerja di sana,” kata Yanti.

Selama tinggal di Rusun Marunda, menurut Yanti, banyak warga yang berinisiatif membuka warung makan, toko kelontong, pedagang sayur dan lain sebagainya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun hal ini sangat disayangkan karena sulitnya akses ke Rusun Marunda membuat para pedagang kesulitan menjual dagangannya.

“Akhirnya dijual murah. Kalau tidak dijual murah, tidak akan ada yang beli, minimal masyarakat di sini yang beli,” kata Yanti.

Menurut Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman DKI Jakarta, jumlah uang sewa yang belum dibayar di Apartemen Marunda mencapai angka yang mengkhawatirkan. Beberapa warga mengaku terpaksa membayar tunggakan karena pendapatannya tidak mencukupi, terutama karena harga bahan pokok yang terus meningkat. Situasi ini diperparah dengan minimnya lapangan kerja di sekitar apartemen yang bisa diakses penghuni.

Warga berharap pemerintah tidak hanya menagih tunggakan, tapi juga memberikan solusi nyata dengan memberikan program padat karya atau membuka lapangan kerja di seluruh daerah.

“Kalau ada pekerjaan tertentu, kami akan lebih tenang dan bisa melunasi kewajiban sewa tanpa penundaan,” kata Siti, warga Rusun Marunda lainnya.

Mengingat situasi yang semakin mendesak, para penghuni Rusun Marunda berharap Pemerintah tidak hanya menuntut pembayaran tunggakan mereka, tetapi juga memberikan solusi konkrit untuk keluar dari jebakan keuangan yang sulit tersebut. Mereka berharap pemerintah mengambil langkah-langkah konkrit, baik untuk menciptakan lapangan kerja dan mengurangi harga sewa serta meningkatkan akses terhadap layanan publik.

Rusun Marunda diketahui memiliki 2.880 unit yang tersebar di empat cluster. Harga sewa Rusun Marunda sekitar Rp 150.000, tergantung ukuran unit dan tinggi lantai.

Pada tahun 2018, Unit Pengelola Perumahan (UPRS) Marunda menyebutkan utang tuan tanah mencapai Rp 10 miliar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *