Diposting oleh reporter Tribunnews.com, Aisyeh Nursiamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kecemasan sering terjadi pada anak-anak. Hal ini merupakan akibat dari perilaku yang mencerminkan respon negatif anak terhadap stres.
Seiring bertambahnya usia anak, tantrum merupakan perkembangan alami.
Namun, akan ada perbedaan jika tantrum terus terjadi pada anak-anak dan remaja.
Anak yang mengalami trauma mungkin berisiko mengalami peningkatan temper tantrum hingga menjadi tidak normal.
Anggota Komite Pertumbuhan dan Pengembangan Profesi Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) I Gusti Ayu Trisna Windani mengatakan, tantrum yang berlebihan, sering, dan sulit dikendalikan merupakan masalah yang kompleks dan mendalam.
Jadi orang tua atau wali harus mempertimbangkan pelajaran yang mengarah pada berbagai penyebab gangguan stres pascatrauma (PTSD).
“Salah satu hal yang menurut kami menyebabkan stres adalah stres pasca trauma,” ujarnya. Dalam jumpa pers media virtual, Rabu (24/4/2024).
Saat anak mengalami kecelakaan, kecemasan juga bisa muncul.
Peristiwa traumatis yang menyebabkan PTSD dapat menimbulkan dampak yang berbeda-beda.
Ada internalisasi yang selalu menyedihkan dan menyedihkan, dan ada eksternalisasi
“Eksternalisasi kalau dihadapkan dengan kekerasan, melakukan kekerasan. Hancurkan, hancurkan, hancurkan semuanya, jadi dia seperti saya.” jelas Hawa.
Keduanya sangat berkaitan sehingga harus berhati-hati ketika anak kehilangan orang tuanya atau menghadapi bencana.
Pada akhirnya beliau berkata: Kita harus melakukan screening, itu ada dampak psikologisnya dan lain-lain, ini pekerjaan besar bagi kita semua.