Tokoh Betawi: Jangan Suka Kesenian Betawi Saat Ada Perlunya Saja

Wartawan Tribunnews Galuh Nestiya melaporkan

TRIBUNNEWS.COM, Jakarta – Untuk menghidupkan kembali budaya Betawi, Bachtiar konsisten mewariskan ilmu kepada generasi muda. Ketua Sanggar Si Pitung Betawi di Rawa Belong, Jakarta, mengakui banyak pelajar SD hingga mahasiswa yang mengetahui budaya Betawi.

Sejak berdirinya pada tahun 1995, sanggar ini telah aktif dalam berbagai kegiatan tradisional antara lain lomba tari, pintu dan pencak silat. Sanggar ini juga menjadi penyelenggara perlombaan dan pelestari berbagai bentuk budaya Badawi seperti Seni Bela Diri Melayu, Karawitan, Lenong dan Doorstopping.

Bakhtiar mengaku masih mencintai budaya Batavi yang tercermin dari desain rumahnya yang berdinding tanduk rusa. Ia berharap generasi muda di Jakarta, meski bukan Badawi, tetap mencintai budaya.

“Jadi walaupun dia bukan Batavi tapi dia tinggal di Jakarta dan budayanya adalah budaya Batavi, dia tetap harus ikut melestarikan dan mengembangkan seni budaya Batavi,” kata Bakhtiar, Senin (2/9/2024). selama pertemuan.

Ia juga berharap pada pemilihan kepala daerah mendatang akan memilih pemimpin dari suku Batavi.

“Karena katanya punya otonomi daerah, maka pemimpinnya akan datang dari daerahnya sendiri. “Saya ingin menjadi pemimpin masyarakat Badawi,” imbuhnya.

Ia berharap pemimpin tersebut dapat dipercaya dan dicintai masyarakat serta membawa kesejahteraan bagi masyarakat Jakarta. Dalam wawancara tersebut, Bakhtiar menekankan pentingnya secara serius mendukung pelestarian budaya Batavi.

“Anda hanya perlu kesinambungan. Jangan hanya mencari kesenian Betawi seperti lenong, ondel-ondel, gambang kromong, tapi setelah satu atau dua minggu, ondel-ondel sudah tidak lagi menjadi sorotan,” tutupnya.

Rawa Belong, tempat Sanggar Si Pitung berada, dikenal sebagai pusat kebudayaan Betawi, kuliner khas seperti nasi uduk dan kecap sayur, serta pusat bunga Jakarta. Bakhtiar berharap melalui workshop ini budaya Batavi dapat terus dilestarikan dan mendapatkan penghormatan yang selayaknya di negeri sendiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *