Koresponden Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti melaporkan
TRIBUNNEWS.COM, AMSTERDAM – Demonstrasi yang dilakukan mahasiswa dan aktivis pro-Palestina tidak hanya terjadi di Amerika Serikat, tetapi mulai merambah ke Eropa.
Baru-baru ini dikabarkan ratusan aktivis pro-Palestina berdemonstrasi dengan menduduki halaman Universitas Bebas Berlin.
Dengan mengenakan masker medis dan syal keffiyeh, mahasiswa dari berbagai universitas di Berlin mendesak kampus-kampus untuk melakukan divestasi atau memutuskan hubungan dengan Israel.
Pada saat yang sama, sekitar 50 pengunjuk rasa melakukan demonstrasi di luar perpustakaan Universitas Utrecht dan beberapa orang di Universitas Teknologi Delft.
Di Leipzig, Jerman, sekitar 50 hingga 60 mahasiswa menempati ruang kuliah sambil memegang plakat bertuliskan “Properti kampus menentang genosida.”
Di Italia, Spanyol, Paris dan Denmark, beberapa mahasiswa mendirikan kamp untuk Palestina.
Mereka menegaskan bahwa mereka akan tinggal di sana sampai institusi akademis menyediakan tautan akademis ke kampus-kampus Israel.
Hal serupa juga terjadi di Belanda, di mana sekitar 3.000 demonstran, termasuk mahasiswa dan staf Universitas Amsterdam, mengenakan syal keffiyeh bersama-sama. Mereka berkumpul di lokasi kamp yang dibongkar, meneriakkan slogan-slogan seperti: “Palestina akan bebas!” dan “Polisi sedang berada di luar kampus!”
Kamp-kamp protes pro-Palestina juga bermunculan di sekitar universitas-universitas besar Inggris, termasuk Oxford dan Cambridge.
Beberapa orang mendesak kampus tersebut untuk sepenuhnya memutuskan hubungan akademis dengan Israel dan menjauhkan diri dari perusahaan-perusahaan yang terkait dengan negara tersebut.
“Keuntungan Oxbridge tidak bisa terus meningkat dengan mengorbankan nyawa warga Palestina, dan reputasinya tidak bisa lagi didasarkan pada upaya menutupi kejahatan Israel,” kata aktivis dari kedua universitas tersebut dalam pernyataan bersama, seperti yang dikatakan Aawsat.
Protes mahasiswa Eropa meletus setelah mahasiswa AS yang anti-Palestina turun ke jalan untuk memprotes agresi Israel yang menewaskan 34.000 warga Gaza.
Meskipun beberapa universitas memprotes tindakan tersebut, polisi menangkap lebih dari 2.200 mahasiswa dan warga negara AS. Namun hal tersebut menginspirasi mahasiswa di beberapa negara untuk mengadakan aksi serupa untuk membela hak-hak Palestina. Kelompok Houthi di Yaman menawarkan pendidikan kepada siswa yang terlantar
Menanggapi banyaknya pelajar AS dan Eropa yang diskors karena demonstrasi anti-Palestina, milisi Houthi di selatan Iran menawarkan pendidikan berkelanjutan.
“Kami sangat menyambut baik para mahasiswa yang diskors dari universitas AS karena mendukung Palestina,” kata seorang pejabat kampus Universitas Sana’a (Huthis), seperti dikutip Arab News.
Kelompok Houthi membenarkan bahwa mahasiswa AS dan Eropa yang diskors dapat melanjutkan pendidikan di Universitas Sana’a di Yaman.
“Dewan universitas mengutuk penindasan terhadap kebebasan berekspresi yang dialami oleh akademisi dan mahasiswa di universitas-universitas Amerika dan Eropa,” kata dewan universitas dalam sebuah pernyataan.
Belum diketahui berapa banyak pelajar dari AS dan Eropa yang tertarik untuk datang bersama-sama melanjutkan pendidikan mereka di Yaman, namun tawaran Houthi telah menuai kegetiran dari warga Yaman sendiri.
Seorang pengguna media sosial memposting foto dua orang Barat yang sedang mengunyah daun obat Qat asal Yaman. Foto ini diyakini merupakan foto mahasiswa Amerika tahun kelima di Universitas Sana’a.