Tiga Komunitas Mahasiswa Jakarta Sosialisasikan Penanganan Stunting Lewat Screening Film 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA  – Tiga kelompok mahasiswa yakni Kawan Bestari, Indonesia Youth Action dan Futurizzteam melakukan kegiatan edukasi rachtik melalui inisiatif kreatif kepada sekitar 150 pemuda Jakarta.

Mereka menggelar pemutaran film “Indonesia’s Silent Emergency: Rural Poverty” produksi MD Entertainment yang mengangkat permasalahan kemiskinan di Indonesia.

Film ini mengungkap berbagai tantangan yang dihadapi masyarakat pedesaan, khususnya NTT, mulai dari minimnya akses terhadap pangan bergizi dan layanan kesehatan, hingga masih banyaknya mitos yang memperparah kondisi mereka, seperti adanya larangan telur membiarkan bayi berbau.

Pemutaran film ini juga diiringi dengan talkshow yang menghadirkan beberapa narasumber untuk memperdalam pemahaman para peserta.

Yogi Riyanto, Ketua Tim Youth Action Indonesia, menyatakan stunting bisa menjadi ancaman besar bagi negara.

“Melalui siaran publik dan talkshow, masyarakat semakin sadar bahwa keretakan NTT adalah keprihatinan besar. Sudah saatnya kita tidak berdiam diri, ambil kesempatan baik untuk melakukan perubahan. Karena kalau bukan kita siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan?” katanya, Rabu 8 Januari 2025.

Stunting merupakan tantangan besar bagi Indonesia, dengan prevalensi masih mencapai 21,5 persen pada tahun 2023, menurut data Tim Percepatan Pencegahan Stunting.

Angka tersebut menunjukkan perlunya upaya tambahan untuk mencapai tujuan pemerintah dalam menurunkan prevalensi stunting hingga 14% pada tahun 2024.

Dr. Elsa Fitri Ana, S.Keb, Guru Besar Pendidikan Masyarakat FIP ​​​​​​​​UNJ, menjelaskan dalam salah satu sesi diskusi bahwa kasta tidak hanya soal tinggi badan, tetapi juga berdampak pada kecerdasan, kesehatan. dan merupakan beban sosial dan ekonomi bagi masyarakat.

“Jika banyak bayi dan anak kita yang mengalami stunting, dampaknya tidak hanya pada individu, tapi juga negara secara keseluruhan di masa depan,” ujarnya.

Kegiatan ini merupakan bagian dari kampanye sosial #PreventStunting yang didukung oleh 1000Days Fund, #ForABetterWorld Campaign, Bayu Buana Travel Services dan DuniaBetter Foundation.

Melalui aplikasi Kampanye, masyarakat dapat berpartisipasi dalam berbagai tantangan seperti “Ayo bantu Indonesia yang menderita stunting” atau “Aksiku cegah stunting”.

Dengan menyelesaikan tantangan ini, para peserta berkontribusi pada pendidikan stunting dan membantu membuka donasi hingga Rp 30 juta untuk Dana 1000 Hari.

Dana ini akan digunakan untuk mendukung berbagai inisiatif pengentasan kemiskinan, seperti program di daerah seperti Labuan Bajo.

Head of Programs and Advocacy 1000 Days Fund, Dodi Nuriana mengatakan, stunting bukan hanya soal tinggi badan, namun perkembangan otak, kemampuan belajar, bahkan impian pun berisiko hancur.

“Ini adalah krisis yang diam-diam namun nyata, dan kami sangat mengapresiasi aksi dan antusiasme generasi baru yang tidak hanya peduli, namun aktif mencari solusi. Kami mengundang penyelenggara terbaik untuk berkontribusi langsung dan mendokumentasikan perjuangan melawan rachtik. Labuan Bajo.” katanya

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *