TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Jenazah Rusmiyati, 60 tahun, sudah seminggu berada di RS Fatmawati, Jakarta Selatan.
Rusmiyati adalah seorang wanita lanjut usia yang meninggal dunia usai kebakaran menghanguskan rumahnya di RT 02/RW 07, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada Sabtu (08/06/2024). Rusmiyati dulunya bekerja sebagai pengemis atau tukang cuci.
Karena keterbatasan sumber daya, pihak keluarga memutuskan untuk tidak mengadakan pemakaman Rusmiyati. Deskripsi ketua RT
Ketua RT setempat Marzuki mengatakan dia berbicara dengan keponakan almarhum, yang berada di Balaraja dekat Tangerang, dan saudara laki-lakinya di Indramayu, Jawa Barat.
Namun pihak keluarga mendonorkan jenazah Rusmiyati karena tidak punya uang.
Marzuki mendengar isi percakapan dengan kakak Rusmiyati melalui pesan suara WhatsApp.
Dalam wawancara tersebut, adik Rusmiyati meminta maaf dan mengaku bahwa dirinya juga berasal dari keluarga miskin. Karena itu, adik Rusmiyati sangat menyayangkan kepergian kakaknya.
Dalam pesan suara WhatsApp, kakak Rusmiyati bercerita kepada Marzuki yang didengar Kompas.com, Sabtu (15/6/2024): “Saya tidak peduli apa kata bapak-bapak di sana, saya minta maaf sebesar-besarnya.”
“Jujur saja, aku membiarkannya pergi. Mengenai Pak RT. Tidak apa-apa jika aku ingin adikku dimakamkan di sana. Masalahnya adalah semuanya membutuhkan uang. Saya menyerah. Apalagi tempatnya jauh, di Jakarta. Adik Rusmiyati menambahkan, “Lagipula kakak, kalau ditanya lebih lanjut tentang ini dan itu.”
Dalam kasus Marzuki, adik Rusmiyati pun menegaskan tak akan meminta apa pun jika terjadi sesuatu pada jenazah kakaknya.
Marzuki tidak bisa berbuat banyak setelah keluarga. Dia kemudian berkonsultasi dengan polisi Pasar Minggu. Karena itu, jenazah Rusmiyati dibawa ke RS Fatmawati, Jakarta Selatan.
“Jadi bagaimana jika ini masalahnya? Kebingungan tentang manajemen. Kecuali jika ada keluarga yang peduli datang ke sini dan mengatakan mereka tidak punya apa-apa. Ini enak. Jadi masyarakat tahu. Ya, mari kita atasi bersama dan minta bantuan masyarakat. Dia hanya tidak peduli dengan keluarganya, bukan? “Marzuki.
Tiga hari setelah Rusmiyati pergi karena kebakaran, warga sekitar menggelar tahlilan di sebuah balai masyarakat dekat gubuk almarhum.
Pengambilan tahlilan diputuskan hanya pada malam ketiga, bukan pada malam pertama dan kedua. Marzuki mengatakan, ‘Pada tingkat ini, orang sama dengan orang yang meninggal.’
Jauh sebelum tinggal di gubuk rusak berukuran 2 x 1,5 meter, Rusmiyati tinggal bersama suaminya di rumah kontrakan di RT 02/RW 07, Desa Pejaten.
Namun suami Rusmiyati meninggal dunia. Terakhir, korban tinggal sendiri dan mencuci pakaian di rumah tetangga.
“Tahunnya (suaminya meninggal) entahlah, itu sudah lama sekali, saat adik saya masih muda. “Anak saya sekarang berumur 30 tahun,” kata Marzuki.
Marzuki juga belum mengetahui secara pasti berapa lama Rusmiyati berada di dalam kabin penumpang. Namun, hal itu terjadi sebelum Marzuki menjadi Ketua RT setempat.
Selama tinggal di wilayah RT 02, baik di rumah kontrakan maupun gubuk bobrok, Rusmiyati tidak pernah memperdulikan identitasnya, ia tercatat sebagai warga Balaraja.
Bahkan, pengurus RT sudah berkali-kali meminta Rusmiyati mengatur agar pihak berwenang mendaftarkan dirinya sebagai warga RT 02. Karena tidak mendaftar ke pihak berwajib, Rusmiyati tidak mendapat bantuan pemerintah.
“Ada RW, LMK. Saya dipanggil ke Dinas Sosial, saya tidak mau. Jika Anda tahu seseorang sedang marah, dia tidak bersungguh-sungguh. Anda juga berpartisipasi sebagai RT dan manajer regional. “Dia sakit, kami akan bantu dan rawat,” pungkas Marzuki. Dia dikuburkan tanpa nama
Kapolsek Pasar Minggu Anggiat Sinambela mengatakan, jenazah Rusmiyati sudah menunggu selama seminggu di RS Fatmawati, Jakarta Selatan.
Dia berkata: “RT mencoba menghubungi (keluarga) di kota mereka tetapi tidak ada tanggapan. “Yah pasti ditolak, kalau tidak salah soal pendanaan,” kata Anggiat.
Berdasarkan rutenya, Anggiat mengatakan jenazah yang tidak didampingi keluarga akan dimakamkan secara anonim oleh pihak rumah sakit.
“(Penantiannya) tidak lama, tidak lama. “Dia bukan korban atau apa, dia api (pengorbanan),” kata Anggiat.
Seperti disebutkan sebelumnya, kebakaran yang melahap kabin Rusmiyati terjadi pada Sabtu (6/8/2024) sekitar pukul 21:34 WIB.
Agus Guritno Gunawan, Wakil Direktur Gulkarmat Cabang Jakarta, mengatakan kebakaran yang terjadi di rumah Rusmiyati disebabkan oleh lilin.
“(Rusmiyati) tidur sendirian dan menyalakan lilin untuk menyalakannya,” kata Agus seperti dikutip Kompas.com.
Tanpa kami sadari, lilin itu jatuh dan terbakar, lanjutnya. (Kompas.com/TribunJakarta)