TRIBUNNEWS.COM – Badan intelijen dan operasi khusus Israel (Mossad) dilaporkan mengirimkan ancaman kepada mantan jaksa Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) Fatou Bensouda selama posisinya menyelidiki Israel atas tuduhan kejahatan perang di wilayah Palestina.
Mantan kepala Badan Intelijen dan Operasi Khusus Israel (Mossad), Yossi Cohen, mengancam Fatou Bensouda dalam serangkaian pertemuan rahasia di mana Yossi Cohen mencoba meyakinkannya untuk menutup penyelidikan.
Pada tahun 2021, ICC telah memimpin penyelidikan terhadap potensi kejahatan perang yang dilakukan oleh Israel dan gerakan perlawanan Palestina Hamas sejak tahun 2014. Mossad telah mengancam jaksa ICC.
Menurut laporan The Guardian, pertemuan rahasia antara Yossi Cohen dan jaksa Fatou Bensouda terjadi beberapa tahun sebelum keputusan ICC untuk membuka penyelidikan resmi terhadap Israel atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di wilayah Palestina.
“Penyelidikan, yang dimulai pada tahun 2021, menyebabkan penggantinya, Jaksa ICC Karim Khan, pekan lalu mengumumkan permintaan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu setelah perang Gaza, serta Menteri Pertahanan Yoav Galant,” lapornya. . The Guardian, Selasa (28/5/2024).
Menurut para pejabat Israel, Yossi Cohen bertindak dengan persetujuan “komando tinggi” dan tindakannya dibenarkan berdasarkan ancaman ICC terhadap militer Israel.
Fatou Bensouda mengatakan tujuan Mossad adalah memeras pelamar atau merekrut mereka agar mau bekerja sama dengan tuntutan Israel.
Sumber ketiga yang mengetahui proses tersebut mengatakan Yossi Cohen bertindak sebagai “utusan tidak resmi” untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
“Sekelompok kecil pejabat senior ICC memberi tahu Fatou Bensouda tentang upaya Yossi Cohen untuk mempengaruhinya,” kata sumber resmi Israel kepada The Guardian.
Menurut sumber tersebut, Yossi Cohen beberapa kali memaksa Fatou Bensouda untuk tidak membuka penyelidikan kriminal terhadap Israel atas apa yang terjadi di wilayah Palestina di hadapan Mahkamah Kriminal Internasional.
“Anda memerlukan bantuan (Israel) dan membiarkan mereka mengurus Anda. Anda tidak ingin terlibat dalam hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan atau nyawa Anda,” kata sumber itu merujuk pada laporan Yossi Cohen tentang ancaman terhadap Fatou Bensouda.
Orang-orang yang mengetahui tindakan Yossi Cohen mengatakan dia menggunakan “taktik menjijikkan” terhadap Fatou Bensouda sebagai bagian dari upaya yang gagal untuk mengintimidasi dan mempengaruhinya.
Menurut dua sumber yang mengetahui langsung situasi tersebut, Mossad juga mengancam anggota keluarga Fatou Bensouda dan memperoleh salinan rekaman rahasia suaminya.
“Para pejabat Israel kemudian mencoba menggunakan materi tersebut untuk mendiskreditkan pelapor Israel, Fatou Bensouda,” kata sumber tersebut. ICC mengajukan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu
Pada Senin (20/5/2024), penerus Fatou Bensouda, Jaksa ICC Karim Khan mengajukan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu; Menteri Pertahanan Yoava Gallant; kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh; Pejabat senior Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, dan kepala sayap militer Hamas, Mohammed Deif.
Keputusan apakah surat perintah penangkapan pada akhirnya akan dikeluarkan bergantung pada panel yang terdiri dari tiga hakim ICC yang akan menilai bukti yang diajukan oleh kantor Karim Khan.
Sementara itu, sekutu dekat Israel, Amerika Serikat (AS), mengancam akan memberikan sanksi kepada pejabat ICC yang terlibat dalam penerbitan surat perintah penangkapan Netanyahu.
Israel masih terus melakukan agresi di Jalur Gaza, jumlah warga Palestina yang tewas mencapai lebih dari 36.050 orang dan 81.026 orang lainnya luka-luka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Senin (27/5/2024) dan 1.147 orang. mati. di wilayah Israel, seperti dilansir Anadolu.
Sebelumnya, Israel mulai melakukan pengeboman di Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa.
Israel memperkirakan masih ada sekitar 136 sandera yang ditahan Hamas di Jalur Gaza setelah menukar 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lainnya terkait konflik Palestina vs Israel