Terpilihnya Yahya Sinwar Jadi Pengganti Ismail Haniyeh Bertolak Belakang dengan Persepsi Media Barat

 

TRIBUNNEWS.COM – Pembunuhan Ismail Haniya, kepala perunding Hamas selama perundingan gencatan senjata oleh Israel, sedang ramai dibicarakan di pers Barat. Keputusan menunjuk Yahya Sinwar menggantikan Hamas juga sama. 

Pada Selasa, 6 Agustus 2024, gerakan perlawanan Hamas menunjuk Yahya Sinvar sebagai kepala Biro Politik Hamas menggantikan Ismail Haniya yang dibunuh Israel di Teheran.

Segera setelah itu, sejumlah media Barat, termasuk The New York Times, The Wall Street Journal, dan The Economist, memberitakan secara luas tentang pengumuman tersebut dan bahwa Yahya Sinvar akan mengambil peran barunya Hamas.

Yahya Sinwar telah lama diyakini sebagai dalang banjir Al-Aqsa 7 Oktober 2023 yang mengakibatkan pendudukan wilayah Israel oleh Hamas. 

Yahya Sinwar, yang sudah lama dipandang oleh media dan pemerintah Barat sebagai tokoh garis keras yang akan menimbulkan perpecahan antara Hamas, sekutunya, dan para pemimpin internal, lebih tertarik pada diplomasi, The Economist melaporkan. Yahya Sinvar (kanan) bersama mendiang Ismail Khaniya.

Sementara itu, Ismail Haniyeh terlihat di Teheran, Iran sebagai seorang pragmatis yang menganjurkan gencatan senjata permanen sampai dia dibunuh oleh pendudukan Israel.

Namun, mereka salah, karena sumber-sumber yang dekat dengan Hamas menunjukkan bahwa pemilihan gerakan tersebut dengan suara bulat menempatkan Sinwar di puncak struktur, dan bahwa Sinwar mendapat dukungan penuh dari anggota Perlawanan. Ideologi Yahya Sinwar dan Jalur Perlawanan Hamas

Terpilihnya Yahya Sinvar dengan suara bulat sebagai pemimpin tertinggi gerakan ini menegaskan bahwa gerakan ini mendukung visi dan strategi pemimpinnya.

“Hamas mengirimkan pesan bahwa mereka secara strategis mendukung perlawanan bersenjata dan menjadikan Sinwar sebagai pemimpin gerakan yang tak terbantahkan,” kata Jehad Harb, analis politik di Pusat Penelitian dan Studi Kebijakan Palestina yang berbasis di Tepi Barat. Majalah.

Hal ini sekali lagi menegaskan bahwa naiknya Sinwar ke posisi kepemimpinan tertinggi dalam gerakan tersebut menunjukkan bahwa mereka berusaha mencapai kebebasan dengan segala cara.

Hamas melancarkan Operasi Banjir, bukan untuk mempertahankan kekuasaan politik di Jalur Gaza Al-Aqsa, melainkan untuk membebaskan seluruh Palestina.

Hal ini dilakukan sebagai pengakuan mutlak atas kerugian manusia yang diakibatkan oleh pendudukan Israel.

Menurut laporan pers Barat, pembunuhan terhadap para pemimpin politiknya tidak menghentikan Perlawanan dan tujuan utamanya.

Sebaliknya, sejarah panjang dan strategi Israel dalam memberantas simbol-simbol revolusioner perlawanan Palestina semakin menambah rasa haus mereka akan kebebasan. Nasib Hamas dan negosiasi Israel

The Economist mencatat bahwa terpilihnya Sinwar akan menghambat negosiasi dan kemungkinan gencatan senjata di Gaza, dan Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken menuduh Yahya Sinwar sebagai “tokoh utama dalam gencatan senjata”.

The Wall Street Journal menyoroti anggapan keliru bahwa keputusan tersebut semata-mata ditujukan pada pemilihan Yahya Sinwar.

Sementara itu, The New York Times mengutip seorang mantan pejabat intelijen Israel yang mengatakan bahwa Yahya Sinwar adalah pusat dari keputusan Hamas.

Namun keputusan akhir Hamas tidak bergantung pada pemilihan ketua politbiro yang baru terpilih.

Yahya Sinwar adalah pemimpin Hamas yang mempunyai pengaruh dalam pengambilan keputusan, berbeda dengan pandangan garis keras Israel yang ingin memperpanjang perang di Gaza.

Ismail Haniyeh, yang memimpin perundingan mediasi sejak Oktober, telah berulang kali mengingatkan pendudukan Israel atas sikap keras kepala dan ketidakpeduliannya dalam mencapai kesepakatan gencatan senjata. Yahya Sinvar dalam wawancara 2021 (Wakil X)

Israel juga melanggar gencatan senjata sementara di Gaza pada bulan November.

Mediator Qatar dan Mesir juga telah berulang kali menekankan hambatan Israel terhadap perundingan tidak langsung, dan telah membahas secara panjang lebar bagaimana penjajah dapat menggandakan tuntutan yang telah disepakati sebelumnya atau mengajukan tuntutan baru yang bertentangan dengan tuntutan yang telah ditetapkan sebelumnya. seluruh percakapan.

Belakangan, negosiator utama pendudukan Israel [Ismail Haniya] dibunuh dalam perjalanannya ke Teheran untuk menghadiri pelantikan presiden yang baru terpilih, yang menunjukkan bahwa negosiasi gencatan senjata bukanlah perhatian utama mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *