Terjadi Tren Peningkatan Kanker Prostat di Indonesia, Ketahui Apa Saja Faktor Risikonya 

Reporter Tribunnews.com Aisya Nursyamsi melaporkan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kanker prostat saat ini menduduki peringkat kedua kanker terbanyak pada pria. 

Pada tahun 2020, akan terdapat sekitar 1,4 juta diagnosis kanker dan 375.000 kematian. 

Di Indonesia, menurut dokter bedah urologi Dr. dr. Kurnia Penta Seputra, Sp.U(K), angka kejadian kanker prostat tergolong rendah dibandingkan dunia.

Namun tren jumlahnya terus meningkat. 

“Kejadian kanker prostat semakin meningkat dari tahun ke tahun,” ujarnya dalam seminar virtual, Selasa (1 September 2024). 

Data kohort tahun 2020 menunjukkan bahwa kanker prostat merupakan kanker kelima yang paling umum terjadi, dengan 11,6 kasus per 100.000 pria.

Di Indonesia, angka kematian adalah 4,5 per 100.000 laki-laki. 

Menurut Kurnia, melihat situasi ini, masyarakat harus waspada. 

Salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran adalah dengan mengedukasi para pria tentang faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker prostat. 

Menurut Kurnia, faktor risiko kanker prostat nomor satu adalah usia. 

“Semakin tua seseorang, semakin besar kemungkinan mereka terkena kanker,” tambahnya. 

Kedua, beberapa ras lebih rentan terkena kanker prostat. 

Ras Asia sebenarnya kalah dengan ras Afrika atau Kaukasia.

Jadi kita relatif aman, tapi jangan panik dulu. Saat ini di Indonesia, seperti saya katakan, jumlahnya semakin meningkat seiring berjalannya waktu, tambah dr Kurnia. 

Ketiga, riwayat keluarga atau genetik. Faktor ini mungkin memainkan peran besar.

Keempat, adanya riwayat sindrom metabolik seperti diabetes, dan kelima obesitas. 

Ia juga menyarankan para pria untuk rutin berolahraga dan menjaga berat badan yang sehat untuk mengurangi risiko kanker ini. 

Selain itu, pria dianjurkan untuk lebih banyak makan buah dan sayur. 

Merokok harus dihentikan karena meningkatkan risiko kanker beberapa kali lipat. 

“Prostat tampaknya berkontribusi terhadap risiko kanker prostat pada perokok,” tambahnya. 

Terakhir, Kurnia mengimbau masyarakat tidak menghindari perilaku seksual berganti-ganti pasangan. 

“(Bisa) infeksi, bisa juga menyebabkan kanker prostat. Jadi seks yang tidak aman (berbahaya juga),” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *