TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tentara Israel atau IDF bersiap memulai operasi darat di Rafah.
Hal ini dilakukan setelah evakuasi massal lebih dari satu juta warga Palestina
Demikian diberitakan JPost pada Selasa malam (23/4/2024) mengutip dua pejabat AS.
Warga Palestina telah diminta untuk mengungsi dalam empat hingga lima minggu ke depan ke kompleks tenda yang didirikan oleh organisasi bantuan internasional.
Rencana operasional Rafah telah disampaikan kepada pejabat AS serta lembaga lain di wilayah tersebut, kata KAN.
Rencananya, operasi tersebut akan dilakukan secara bertahap berdasarkan pembagian Kota Gaza menjadi wilayah tertentu.
Pada setiap tahapannya, IDF akan menginformasikan kepada warga sekitar sebelum memasuki wilayahnya masing-masing agar warga sekitar dapat melakukan evakuasi sebelum IDF bergerak maju.
IDF telah mengumumkan pada hari Rabu bahwa mereka merekrut dua brigade cadangan untuk melanjutkan misi pertahanan dan ofensifnya di Jalur Gaza di bawah komando Divisi ke-99.
Brigade Cadangan ke-2 dari Divisi 146 dan Brigade Cadangan ke-679 dari Divisi 210 akan bergerak dari Israel utara di perbatasan dengan Lebanon, ke Jalur Gaza.
Sebelum dipindahkan, mereka melanjutkan pelatihan tempur di Korea Utara.
Proses persetujuan rencana
IDF menyetujui rencana terbaru operasi Rafah awal pekan ini setelah tiga rencana sebelumnya diajukan.
Pemerintah AS telah menyatakan penolakan keras terhadap operasi di Rafah tanpa rencana yang kredibel untuk melindungi warga sipil.
Namun seorang pejabat keamanan Israel mengatakan Amerika Serikat memahami perlunya operasi tersebut dan tidak lagi menentangnya, menurut laporan Kan.
“Kami sedang bersiap untuk melakukan operasi gabungan dengan Amerika Serikat. Kami memahami kekhawatiran tersebut, namun kami tidak akan dapat menyelesaikan misi tersebut tanpa memasuki Rafah, yang mungkin juga dapat membantu mengurangi tekanan terhadap masalah penyanderaan,” kata pejabat tersebut.
Di tengah persiapan operasi Rafah, para pejabat pemerintah terus mendiskusikan kemungkinan perubahan pada pihak Israel dalam perundingan penyanderaan untuk memastikan kesepakatan itu tetap berjalan.
Jumlah korban saat ini
Israel melanjutkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah korban tewas warga Palestina bertambah menjadi 34.151 orang dan 77.084 lainnya luka-luka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Rabu (24/4/2024) dan 1.147 orang tewas di wilayah Israel, dikutip. dari Berita Xinhua.
Sebelumnya, Israel mulai menembaki Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan dan kekerasan Israel di Al-Aqsa.
Israel memperkirakan masih ada sekitar 136 sandera yang disandera Hamas di Jalur Gaza, menyusul pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Sementara itu, ada lebih dari 8.000 warga Palestina di penjara Israel, menurut laporan The Guardian pada Desember 2023.