Tentara IDF Tewas Naik Drastis, Israel Kerahkan Ranpur Lapis Baja Pakai Remot Jarak Jauh di Rafah

Korban tewas IDF meningkat, Israel mengerahkan tentara ke Ranpur melalui pengawasan jarak jauh di Rafah

TRIBUNNEWS.COM – Tentara pendudukan Israel mengumumkan telah mengerahkan kendaraan tempur lapis baja M-113 (Ranpur) yang dikendalikan dari jarak jauh di beberapa lokasi di Rafah, Gaza selatan.

Ranpur yang digunakan IDF merupakan versi modifikasi dari Pengangkut Personil Lapis Baja Lama.

Kendaraan yang dikendalikan dari jarak jauh ini juga terlihat di sekitar Jabalia, menunjukkan meluasnya penggunaan sistem tak berawak oleh pasukan IDF di zona perang yang berbahaya.

 Seorang pejabat IDF mengkonfirmasi bahwa personel militer yang dikendalikan dari jarak jauh telah beroperasi sejak awal perang.

Ranpur dilengkapi dengan senjata anti-tank yang diaktifkan dari jarak jauh yang memberikan daya tembak tambahan dan fleksibilitas operasional pada unit bergerak.

Hal itu disampaikannya pada Rabu (29 Mei 2024). Krisis Kronis – Petugas medis Israel mengevakuasi tentara IDF yang terluka. Layanan medis Israel disebut berada dalam krisis kronis akibat tingginya jumlah korban IDF dalam perang Gaza melawan Hamas. (Kredit foto: Noam Revkin Fenton/Flash90) Jumlah korban tewas IDF meningkat drastis

Dengan meluasnya operasi militer di Rafah dan beberapa wilayah di Gaza utara, IDF menderita kerugian personel militer yang signifikan.

Jumlah mereka dikabarkan meningkat secara signifikan.

Anatolia melaporkan, salah satu kematian terbaru di kalangan tentara Israel dalam pertempuran di Jalur Gaza terjadi pada Minggu (26/5/2024).

Sebuah pernyataan militer mengatakan Sersan Staf Betzalel Zvi Kovach yang berusia 20 tahun, seorang prajurit dari Batalyon Netzah Yehuda, meninggal karena luka serius dalam bentrokan di kota Beit Hanoun Rabu lalu.

Kematiannya menambah jumlah tentara Israel yang terbunuh sejak konflik di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023 menjadi 635 orang, menurut pejabat militer.

Jumlah tersebut diyakini lebih tinggi karena IDF menyensor publikasi jumlah korban tewas dan luka di pihaknya. 

Israel terus melakukan serangan sengit di Jalur Gaza sejak Oktober lalu, meski ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.

Hampir 36.000 warga Palestina tewas di Gaza, banyak dari mereka adalah wanita dan anak-anak, dan lebih dari 80.600 orang terluka sejak Oktober setelah serangan Hamas.

Hampir delapan bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza telah hancur karena kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan.

Mahkamah Internasional (ICJ) menuduh Israel melakukan “genosida” dalam keputusan terbarunya, memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasinya di Rafah, selatan Gaza, tempat lebih dari satu juta pengungsi Palestina mengungsi.  Kendaraan tempur lapis baja M-113 Israel telah dimodifikasi untuk kendali jarak jauh dan dilengkapi dengan senjata otomatis dan senjata anti-tank. IDF menggunakan kendaraan ini untuk memasuki kawasan padat penduduk Rafah di selatan Gaza. Perang di Gaza telah menjadi ajang uji coba robot militer IDF

Selain mengurangi jumlah tentara IDF yang tewas, Jalur Gaza menjadi tempat uji coba robot militer Israel, katanya.

Menurut IDF, robot militer tersebut digunakan untuk mencegah cedera pada tentara dan anjing.

Sebagian besar pengujian dilakukan oleh “anjing robot” yang dilengkapi dengan perangkat tak berawak, yang dalam beberapa kasus dapat menggantikan atau menambah anjing di departemen Oketz.

Selain robot anjing, IDF juga menggunakan buldoser D9 yang dikendalikan dari jarak jauh di Gaza.

Penggunaan robot dan kendaraan tak berawak bukanlah hal baru bagi IDF, khususnya unit elit dan unit Yahalom yang beroperasi di terowongan Hamas.

Pejabat Israel, dikutip Haaretz, membenarkan adanya lonjakan penggunaan dan pengembangan robot di medan perang.

Contoh bagusnya adalah akuisisi Vision 60, robot berjalan berbentuk anjing dari Ghost Robotics, yang berbasis di Philadelphia, AS.

Empat unit pertama mulai beroperasi selama perang, didanai oleh donor.

Robot lain, Rooster, dipasang di belakang robot anjing, robot darat, dan kendaraan udara tak berawak yang dikembangkan bersama oleh startup Israel, Robotican.

Kegunaan utama robot ini adalah untuk melakukan inspeksi awal terhadap bangunan, ruang terbuka, dan terowongan untuk memeriksa IED atau musuh di dalamnya tanpa membahayakan tentara dan anjing unit Oketz.

Hingga saat ini, robot anjing tersebut telah memakan “korbannya”, beberapa di antaranya telah rusak atau hancur.

Baca Juga: Kesalahan Militer Israel, Pilih Pensiun Massal Ketimbang Perang di Gaza

Anjing robotik memiliki beberapa keunggulan dibandingkan anjing sungguhan, seperti kamera yang memiliki lebih banyak sensor dan platform produksi video yang lebih stabil dibandingkan kamera yang dipakai oleh anjing sungguhan.

The Wall Street Journal melaporkan pada bulan Desember bahwa Israel telah mulai menggunakan robot di terowongan Hamas, beberapa di antaranya dipenuhi tanah dan hambatan lain yang menghalangi pengembangan robot lain yang digunakan oleh IDF.

(oln/khbrn/anadolu/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *