TRIBUNNEWS.COM – Contoh teks pidato Jumat bulan Mei 2024 dengan topik cara mengisi waktu dalam Islam.
Esai hari Jumat tentang topik ini adalah tentang pentingnya terminologi bagi umat Islam.
Dalam khutbah singkat ini akan dijelaskan kepada umat Islam betapa ruginya mereka jika tidak meluangkan waktunya untuk berbuat kebaikan.
Khotib dapat menjelaskan tentang bagaimana memanfaatkan waktu sebagai berkah dan manfaat di dunia dan di akhirat.
Contoh teks khutbah jumat ini dapat dibaca pada saat salat jumat hari ini jumat 3 mei 2024.
Simak contoh pidato Jumat berikut ini yang dikutip dari laman Pondok Pesantren Tebuireng. Khutbah Jumat: Saatnya Memberdayakan Hikmah
Oleh : Kiai Agus Maulana
Ajaran Pertama اَلْحَمْدُ لِلهِ . اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِي نَوَّرَ قُلُوْبَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِالْ هِدَايَةِ. وَاطْمَئَنَّ قُلُوْبَهُمْ بِالتَّوْحِيْدِ. أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ. يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الرَّقِيْبُ الْمَجِيْدُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّave الْوَعِيْدِ اَللَّهُمَّ صَلِّي وَسَلِّمْ عَلى س َي di atas ُو الصَّالِحَاتِ إِلَى يُم. أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَقَدْ فَازَ ْنَ. وَعْلَمُوْا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ إِنَّ اللهَ تَعَالَى أَمَر نَا بِالتُّ قَ فِي جَمِيْعِ عَمَان لِنَكَ. فيِهَذِهِ الْحَيَةِ الْدُّنْيَا وَفِي اْلاخِرَةِ يَعْنِي بِامْت ثَالِ الْأَو َامِرِ وَاجْتِنَابِ نَيهِ. وَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِ الْعَزِيْزِ. Tuhan memberkati. Insya’Allah. Dan
Yuk, di sore hari dan saat berbahagia ini, kita senantiasa secara sadar menumbuhkan dan meningkatkan ibadah kita kepada Allah SWT dengan mentaati sepenuhnya perintah Allah. Kita bisa melakukan itu dengan sebaik-baiknya, berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi tempat yang meninggalkan mahkota atas dasar rasa cinta kita kepada Allah SWT saja agar tujuan hidup kita menghadap Allah adalah agar kita benar-benar melihat. . . Tuhan Mahakuasa.
Terkadang, kita meningkatkan kualitas ibadah hanya dengan apa yang Allah berikan, seperti kewajiban Allah kepada hamba-Nya untuk memberikan surga dan segala kenikmatan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu niat kita beribadah hanya untuk mencari surga, maka kita akan mendapatkan surga tanpa kehadiran Allah SWT. Baik ibadah mahdhah (murni) maupun ibadah mahdhah ghiru. Segala ibadah dilakukan hanya untuk Allah SWT
Maka dengan demikian, dengan harapan, kita bekerja keras dalam beribadah dan untuk tujuan Allah saja, kita akan mendapatkan keridhaan Allah SWT serta kenikmatan yang Allah berikan, yaitu Jannatu an-Na’im. Allah Amin. Mereka yang hadir dalam sidang Jumah tersebut mendapat keberkahan dari Allah SWT
Banyak orang Barat yang mengatakan bahwa waktu adalah uang. Dalam Islam, waktu sangatlah penting bagi setiap muslim, karena tempatnya lebih dari sekedar uang, bahkan lebih dari sekedar barang termahal di dunia ini.
Imam Hasan al-Bashri bahkan berkata; Tidak akan diwahyukan kepadanya satu hari pun jika dia berkata, “Wahai anak Adam, akulah hari barumu yang akan menjadi bukti amal perbuatanmu. Aku akan mencari rezeki untuk diriku sendiri, karena jika aku telah lewat aku tidak akan kembali sampai hari kiamat.”
Begitulah pentingnya kata “waktu”. Bahkan Allah bersumpah demi Al-Qur’an; bahwa manusia akan rugi jika tidak memanfaatkan waktunya untuk berbuat kebaikan dengan penuh keimanan. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, saling berargumentasi dalam kebenaran, dan saling berselisih dalam menunggu.”
Sayangnya, belum banyak orang yang memahami betapa pentingnya waktu. Oleh karena itu ia hanya menjalani hidup sesuai hukum, mencari kemuliaan dunia, dan mengabaikan tanah kehidupan setelah kematian. Tanah yang dijanjikan Allah SWT
Ketika dia bertemu Allah di akhir dunia, dia akan menyesali kecerobohannya. Allah berfirman dalam Al-Quran yang artinya kurang lebih; “Dan ingatlah pada hari ketika Allah mengumpulkan kamu, seolah-olah mereka tidak berdiam di muka bumi kecuali pada suatu saat di siang hari, mereka saling mengenali. Sungguh suatu kesia-siaan bagi orang-orang yang mengingkari pertemuannya dengan Allah, tetapi mereka tidak menerima petunjuk.
Waktu merupakan anugerah besar yang Tuhan berikan kepada manusia, sebagai sarana untuk mengurusi urusan dunia dan sebagai sarana untuk berbuat baik terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan setelah kematian. Waktu tidak akan kembali, setiap detik, menit dan jam. Masa lalu tidak bisa kembali ke awal. Singkatnya, dengan memanfaatkan waktu dengan baik, seorang muslim bisa sukses atau gagal dalam urusan dunia dan kehidupan. Oleh karena itu, waktu yang diberikan Allah menjadi berkah dan manfaat, karena di bumi ini dan di kemudian hari, berikut kebiasaan umat Islam yang memanfaatkannya dalam kehidupannya.
Masa remaja merupakan masa transisi ketika seseorang berusaha menemukan jati dirinya. Sayangnya, kebanyakan orang memanfaatkan masa mudanya untuk bersenang-senang dan mabuk-mabukan. Dia kurang pendidikan dan semangat untuk dunianya. Selain itu, mengerjakan amal ibadah adalah tanggung jawabnya.
Ketika usia lanjut tiba, ia mulai menyesal menjalani kehidupan yang miskin dan tidak mengetahui kewajibannya sebagai seorang muslim. Banyak orang yang sudah tua, tidak mengerti atau tidak membaca Al-Qur’an karena tidak mau membaca Al-Qur’an sejak kecil. Banyak orang tua yang tidak shalat karena pada masa mudanya belum terbiasa.
Padahal, hal ini bertentangan dengan perkataan sebagian remaja masa kini yang mengatakan, “Yang muda maju terus, yang tua kaya, tapi kalau mati masuk surga”. Bagaimana mungkin ketika muda tidak menafkahkan tanpa ingin berbuat baik, ketika tua menjadi kaya dan ketika meninggal masuk surga? Ini tidak mungkin.
Dalam hadits disebutkan bahwa generasi muda yang taat kepada Allah akan menemukan bayangannya di akhirat. Ada tujuh golongan manusia yang akan Allah lindungi dalam naungannya di hari yang tidak ada bayangan kecuali bayangan Allah SWT, salah satunya dikatakan yaitu seorang pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah SWT.
Saat tubuh sakit, kemampuan bertindak akan menurun. Berapa banyak orang yang dirawat di rumah sakit dan tidak dapat bekerja. Belum lagi biaya pengobatan penyakitnya. Hal ini menunjukkan betapa kesehatan merupakan berkah dalam kehidupan seorang muslim.
Oleh karena itu, hendaknya seorang muslim mensyukuri nikmat kesehatan dengan mendukung pola hidup dan gaya hidup yang benar dalam kerangka syariat Islam. Misalnya dengan tidak makan berlebihan, tidak makan yang tidak baik, menjaga kebersihan lingkungan, berolahraga dan melakukan aktivitas lain yang dapat membawa kesehatan dan kehidupan yang baik, maka melakukan aktivitas duniawi dan beribadah akan lebih semangat. Mereka yang hadir dalam sidang Jumah tersebut mendapat keberkahan dari Allah SWT
Demikian pula, kebanyakan orang kaya. Karena menjadi kaya adalah dambaan semua orang. Meski mimpi tersebut belum menjadi kenyataan, namun gambaran kehidupan penuh kekayaan sudah ada dalam mimpinya. Bukan hal baru jika dipenuhi dengan janji-janji yang aneh-aneh, misalnya jika Anda kaya, Anda akan bersedekah banyak, Anda akan membantu anak yatim dan dhuafa, dan janji-janji baik lainnya.
Namun, ketika impiannya (kaya) menjadi kenyataan, ia tidak akan segera memenuhi janjinya. Qaran adalah contoh, karena tidak beriman, Allah menghukumnya. Harta yang paling utama adalah milik Allah SWT yang mampu memberikannya kepada siapapun yang Dia kehendaki. Karena hakikat amanah bukanlah harta, maka (harta) itu akan dijadikan petunjuk kepada pemberi amanah, yaitu Allah SWT.
Selama Anda kaya dan punya banyak aset, banyaklah berinvestasi. Karena apa yang bisa Anda gunakan saat Anda miskin? Seorang muslim yang diberi harta banyak, namun tidak memanfaatkannya dengan baik, akan menyesalinya. Bahkan ketika sudah sampai pada ajalnya, ia akan meminta untuk kembali menjalani kehidupan dunia agar ia dapat menggunakan hartanya di jalan Allah. “Berikanlah sebagian dari harta yang telah Allah berikan kepada kalian semua.” Mereka yang hadir dalam sidang Jumah tersebut mendapat keberkahan dari Allah SWT
Oleh karena itu, dalam satu hari semalam seorang muslim mempunyai waktu 24 jam untuk menjadi kuat. Namun, sebagian besar waktu ini berlalu dengan sia-sia. Jika dihitung, berapa jam yang Anda habiskan untuk menonton televisi? Bagi seorang muslim, jika dalam satu waktu ia shalat atau beribadah dalam hitungan sepuluh menit, ia shalat syariat, maka dalam satu hari ia menghadap Allah hanya lima puluh menit saja. 50 menit ditambah 30 hari, dapat 1500. Lakukan berjam-jam, lain-lain. Kemudian kalikan dengan satuan tahun. Oleh karena itu kalau kita hitung semuanya, kita akan bertemu dalam satu tahun, kita akan saling bertatap muka dan shalat Mahdhah kurang lebih 12 jam. Kemana perginya semua ini (sisa waktu)?
Sebagai umat Islam, kita harus sangat berhati-hati dalam membandingkan diri kita dengan diri kita sendiri. Pikirkan waktu-waktu sholat, membaca Al-Qur’an, dan berdzikir, misalnya. Apa lagi? Saat-saat yang bisa membawa kebaikan bagi dunia dan masa depan sering kali terlupakan.
Misalnya, dari terbit fajar hingga siang hari, ada waktu yang disebut duha. Waktu ini sering terabaikan karena sibuk. Padahal saat itu ada keteladanan bagi orang yang shalat Dhuha, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW; “Wahai anak Adam, doakanlah aku 4 rakaat di awal sore, pasti aku akan memberimu sesuatu sampai akhir sore.”
Khutbah kedua bagi yang hadir pada silaturahmi Jumah ini diridhoi Allah SWT
Sebagai bentuk analisa diri umat Nabi Muhammad SAW. Secara umum umur mereka tidak jauh berbeda, rata-rata 60 tahun jarang terjadi pada orang yang berumur antara 70 sampai 80 tahun, walaupun ada orang yang mencapai umur tersebut, kelak Allah akan bertanya “apa yang akan dia gunakan (tahun itu). untuk”.
Jadi, sebelum kamu dihakimi di akhirat. Seorang muslim senantiasa dianjurkan untuk merenungkan dan menelaah sejauh mana ia telah membiarkan usianya selama hidup di muka bumi. Apakah dia berbuat baik atau buruk? Umar bin Khattab r.a. memberi nasihat; “Muhasabahmu lihatlah dirimu sendiri, berada dalam keadaan bahagia sebelum muhasabah atau membacanya di saat-saat sulit. Sesungguhnya orang yang menilai dirinya di saat bahagia sebelum masalah atau hari kiamat, maka akan dimudahkan baginya. beda kehidupan, lagi-lagi yang menjadikan hidupnya tidak seperti bekerja keras dalam nafsunya, kata itu akan berakhir dengan penyesalan dan kehilangan. فُسْرٍ تُ وَعْذُ عصَ وْا بِالصَِّْْ, َاللهُ الغَفُورُ الرَّحِيْمُ
(Tribunnews.com/Muhammad Alvian Fakka)