TRIBUNNEWS.com – Misteri dua anggota Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) yang membantu Israel membunuh Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, pada 31 Juli 2024 di Teheran.
Menurut laporan Jewish Chronicle, kedua tokoh tersebut adalah anggota unit keamanan Ansar al-Mahdi IRGC, yang memasok agen mata-mata Israel, Mossad.
Keduanya diduga memasang bom di kamar tempat Haniyeh menginap beberapa jam sebelum ledakan.
Aksi keduanya menyelinap ke kamar Haniyeh untuk memasang bom terekam kamera keamanan.
“(Mereka) terlihat di kamera keamanan pada hari pembunuhan, diam-diam berjalan menyusuri aula menuju kamar Haniyeh, membuka pintu dengan kunci dan memasuki ruangan,” demikian laporan Jewish Chronicle, seperti dilansir Anadolu Ajansi.
Tak lama kemudian, mereka meninggalkan kamar dan meninggalkan akomodasi Haniyeh di kompleks Saadabad di Teheran Utara.
Menurut Jewish Chronicle, dua di antaranya langsung dikirim oleh Mossad ke wilayah timur laut Eropa.
Sebagai referensi, dua anggota IRGC diperkirakan berada di salah satu dari 12 negara di Eropa Utara, yaitu Inggris, Swedia, Denmark, Finlandia, Norwegia, Irlandia, Lithuania, Latvia, Estonia, Islandia, Kepulauan Faroe, atau Pulau Man. .
Selain proses evakuasi, dua di antaranya juga bakal mendapat tawaran senilai enam digit.
Diketahui, bom yang ditempatkan di kamar Haniyeh diledakkan dari jarak jauh.
Leak Haniyeh di mana dia mengetahui tentang Mossad, dengan bantuan Unit Intelijen Angkatan Pertahanan Israel (IDF) 8200, menyadap percakapan telepon antara penyelenggara pelantikan dan undangan presiden baru Masoud Pezeshkian dari Iran.
Sebagai informasi, Haniyeh hadir dalam pelantikan Pezeshkian, Selasa (30/7/2024), dan ini merupakan yang terakhir sebelum ia meninggal dunia pada 31 Juli 2024 dini hari.
Karena kematian Haniyeh di Teheran, komandan tertinggi IRGC dan Iran, Ayatollah Ali Khamenei bersumpah akan membalas dendam terhadap Israel. Iran sedang bersiap untuk menyerang Israel
Di sisi lain, Iran akan memindahkan peluncur rudalnya dan melakukan latihan militer sebagai persiapan menyerang Israel, kata para pejabat AS, The New Arab melaporkan.
Seorang pejabat AS mengatakan kepada Reuters bahwa waktu dan “rincian spesifik serangan itu” masih belum jelas.
Ia juga menambahkan bahwa hal ini tidak akan menghentikan Israel untuk mempersiapkan dan mendukung upaya AS di Tel Aviv.
Komandan Komando Pusat Amerika Serikat (CENTCOM) telah mendarat di Israel untuk persiapan penyerangan dan bersama panglima tentara Israel untuk “mengkoordinasikan” pertahanan.
Sementara itu, media Israel mengatakan kepada Tel Aviv bahwa Iran pertama-tama akan mempertimbangkan untuk melakukan serangan balik jika intelijennya memiliki “bukti kuat” bahwa Teheran sedang mempersiapkan serangan.
Sebelumnya, seorang diplomat Iran yang tidak disebutkan namanya mengatakan persiapan Israel untuk menyerang Teheran akan membahas kematian kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh.
Sebagai informasi, Wall Street Journal melaporkan pada Jumat (2/8/2024) bahwa Israel dan AS sama-sama mempersiapkan “serangan tak terduga Iran terhadap Israel secepatnya pada akhir pekan ini.”
Terkait hal tersebut, diplomat Iran menegaskan bahwa Israel telah melintasi perbatasan yang ditetapkan oleh Teheran.
Diplomasi juga memastikan bahwa Iran adalah target yang merusak.
“Tidak ada gunanya (mempersiapkan serangan Iran). Israel telah melewati semua garis merah. Respons kami akan cepat dan tegas,” kata diplomat itu.
Diplomat tersebut, yang memberi pengarahan kepada Iran, mengatakan upaya negara tersebut untuk membujuk Teheran tidak meningkat dan akan sia-sia mengingat serangan Israel baru-baru ini.
Tanggapan diplomat tersebut muncul setelah Pentagon mengumumkan AS mengerahkan aset militer tambahan di Timur Tengah di tengah meningkatnya ketegangan.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, seperti dilansir Pentagon, telah memerintahkan pengerahan tambahan kapal jarak jauh, rudal, dan sistem pertahanan rudal balistik di Timur Tengah.
Perintah ini diberikan untuk mengantisipasi tanggapan Iran dan Perlawanan terhadap pembunuhan Haniyeh dan pemimpin senior Hizbullah Fuad Shukr baru-baru ini. Khamenei menjanjikan serangan balas dendam
Ketegangan meningkat di Timur Tengah menyusul pernyataan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang menjanjikan “hukuman” bagi Israel sebagai tanggapan atas kematian Haniyeh.
“Rezim kriminal dan teroris Zionis membunuh tamu-tamu tercinta kami di rumah kami (Iran) dan meninggalkan kami dalam duka,” kata Khamenei pada Rabu (31/7/2024) seperti dilansir Al Jazeera.
Dia menambahkan: “Ratu Sion juga mempersiapkan bumi untuk dirinya sendiri dengan hukuman yang pahit.”
Khamenei juga menekankan bahwa tugas Iraniyeh adalah membalas pembunuhan tersebut.
“Kami pikir perlu untuk membalas darahnya (kematian Haniyeh) dalam peristiwa menyakitkan dan sulit yang terjadi di wilayah ISIS,” kata Khamenei, sambil menyampaikan belasungkawa kepada keluarga Haniyeh dan kelompok Palestina.
Menurut informasi, Haniyeh tewas dalam serangan di Teheran, Rabu dini hari, saat dalam perjalanan menuju pelantikan presiden baru Iran, Masaoud Pezeshkian.
Bersama Haniyeh, pengawalnya dan wakil komandan Brigade Al-Qassam, Wasim Abu Shaaban tewas dalam serangan itu.
Jenazah Haniyeh dimakamkan di Qatar pada Jumat (2/8/2024).
Setelah Haniyeh terbunuh, Hamas menunjuk Yahya Sinwar sebagai kepala biro politik yang baru.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)