TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Gibran Rockaboming Raka kini sedang mempersiapkan “perahu baru” untuk masa depannya.
Hal itu diutarakan Wakil Presiden terpilih RI ini usai dirinya “dipecat” dari kader PDI Perjuangan atau PDIP, partai politik terbesar di Indonesia.
“Peta jalan ke depan sudah kita siapkan. Ke arah mana? Kita berangkat bersama siapa? Perahunya sudah kita siapkan,” kata Gibran, Kamis (2/5/2024) seperti dikutip dari YouTube Kompas TV.
Perahu baru yang dimaksud diyakini merupakan partai politik baru yang di dalamnya ia akan melanjutkan aktivitas politiknya.
Gibran belum mau membeberkan ia berasal dari partai politik mana.
Meski demikian, putra sulung Presiden Jokowi ini mengatakan, dirinya saat ini fokus menjalankan tugasnya sebagai wali kota tunggal dan memenuhi keinginan seluruh masyarakat Indonesia.
“Kami pada dasarnya fokus untuk mempertahankan lapangan kerja yang ada di tingkat akar rumput,” katanya.
Harapan Partai Baru Gibran
Pekan lalu, Ketua Sayap Kehormatan PDI Perjuangan atau PDIP Komarudin Vatubun menyebut Presiden Jokowi dan Gibran bukan lagi aktivis partai berlambang kepala banteng berhidung putih itu.
Sebab, sikap politik si penanya berbeda dengan sikap politik partainya.
Oh, rakyatnya sudah ada, kok bisa dibilang masih PDI Perjuangan ya (masih kader PDIP), kata Kumarudin, Senin (22/4/2024) di Kantor DPP PDIP, Jakarta.
Selain itu, status kompensasi tidak lagi menjadi kotak PDIP.
“Jibron sudah bukan kader partai lagi, kata saya sejak dia mengambil keputusan ini (mencalonkan Prabowo sebagai wakil presiden),” ujarnya.
Secara terpisah, M Khodari, Direktur Eksekutif Indo Barometer, mengatakan langkah Jokowi dan Giban menjadi game changer bagi konstelasi politik Indonesia ke depan, ketika mereka tidak lagi dianggap sebagai kader PDIP.
Sebab, pihak lain berlomba-lomba memberinya posisi strategis.
Khodri memperkirakan ada kemungkinan Jokowi dan Gibran bergabung ke partai lain.
Namun, kedatangan Jokowi tergantung pada sikap pengurus parpol dan pihak yang bersedia menggelar karpet merah untuk Jokowi.
Sejauh ini, dua parpol Golkar dan PAN mengklaim akan bergabung dengan Jokowi dan Gibran.
Khodri mengatakan, kesediaan Golkar dan PAN mengakomodasi Jokowi perlu perhitungan.
Misalnya, jumlah kursi yang diraih bergantung pada hasil Pemilu Legislatif 2024 yang menempatkan Golkar di peringkat pertama dan Pan di peringkat kedua.
Pertama, menurut saya, tergantung sikap parpol penyelenggara mana yang menggelar karpet merah atau mengizinkan Pak Jokowi masuk ke parpolnya, ujarnya, Kamis (5/2). . /2024).
Lanjutnya, yang kedua, kalau bicara parpol, dari sudut pandang DPR, kalau dilihat dari partai yang mendapat kursi terbanyak adalah Golkar dan PAN, sedangkan PSI tidak punya kursi.
Dalam konteks ini, lanjut Kudari, Partai Golkar tentu lebih menarik dan relevan sebagai partai yang potensial untuk dipilih jika memang menjadi bagian dari partai politik setelah lepas dari PDI Perjuangan.
Namun yang menurut saya penting, apakah keluarnya Jokowi oleh PDI Perjuwangan akan menjadi game changer bagi kompleks politik Indonesia di masa depan? Sebab dengan keluarnya Pak Jokowi dan Mas Gibran oleh PDIP, beban parpol sudah tidak ada lagi. Undang Jokowi dan Gibran ke partai politiknya.
Tak hanya Jokowi, Khodri juga menilai posisi Giban akan memberikan dampak elektoral yang sangat besar terhadap partai yang akan memberinya kursi.
Khodri mengatakan Gibran telah membuktikan dirinya menarik bagi pemilih muda di Pilpres 2024 melalui beberapa hasil polling dan exit poll yang menjadi kunci kemenangan Prabhu Gibran.
Jadi Mas Gibran sudah membuktikan mampu menggaet pemilih muda di Pilpres 2024, terlihat dari survei dan hasil jajak pendapat, dan ini akan menjadi kunci keberhasilan pasangan Prabowo Gibran, ujarnya.
Selain potensi muda yang dimiliki, Kudari juga melihat Gibran merupakan peluang emas yang panjang setidaknya hingga 20 tahun ke depan untuk menjadi pemimpin masa depan Indonesia.
Mas Gibran saat itu masih sangat muda, usianya baru 36 tahun, dua kali berhasil menjadi wakil presiden, dan kemudian dua kali maju sebagai calon presiden. Sebab, jangka waktu penyaluran tembaga masih sangat panjang, setidaknya hingga 20 tahun ke depan. tahun,” katanya.
“Seseorang yang populer sejak lama merupakan keunggulan strategis bagi sebuah partai politik dan dalam hal ini menurut saya Mas Gibran menarik bagi partai politik lain seperti Golkar dan PAN di luar PDI Perjuangan,” imbuhnya.
Kodari menilai keputusan PDIP memecat Jokowi merupakan kesalahan besar.
Sebab menurut jajak pendapat, tingkat kepuasan masyarakat terhadap Jokowi masih 77,5%.
“Dan menurut saya ini jelas kesalahan PDIP karena telah melepas sosok yang sangat populer dan akan menarik perhatian masyarakat,” kata Khodri.
Penulis: Hus/Charul