TRIBUNNEWS.COM – Teh tradisional Kemuning ini berbeda dengan teh daerah lain, yaitu memiliki aroma dan rasa kopi saat diseduh, kata Marsono, pekerja toko oleh-oleh Gambyong yang bisa membeli kedai teh Gambyong. Minggu, 28 April 2024.
“Kamu bisa mencicipinya dulu, ambil sendiri dalam satu sendok teh.”
Adit, seorang wisatawan asal Bandung kemudian mencoba teh tradisional Kemuning yang disajikan dalam teko yang berada di tengah toko.
“Baunya seperti kopi, dan rasanya seperti teh dan kopi saat diminum,” komentar Adit.
Adit kemudian mengambil teh Gambyong Rako yang merupakan kependekan dari rasa kopi, dan satu kantong teh dengan rasa yang sama.
“Totalnya berapa, bisa pakai QRIS?” tanya Adit.
Marsono berkata, “Iya pak, tolong totalnya 24 ribu, teh kantong plastiknya 7 ribu, teh kantongnya 10 ribu.”
Marsono mengatakan, sekitar separuh pembeli toko suvenir Gambyong menggunakan pembayaran nontunai.
“Mungkin ini saatnya, beli 20 ribu hanya dengan ponsel. Dulu hanya belanja besar saja, tapi sekarang belanja kecil-kecilan pakai ponsel, tapi ada baiknya tidak perlu khawatir dengan kembaliannya,” dia kata./Imam Saputro) bisa menampung.
Merupakan bagian dari Pabrik Teh Gambyeong, toko suvenir ini menjual teh tradisional rasa kopi Kemuning sebagai produk utamanya.
Selain itu, ada juga jajanan khas Karanganya seperti jahe, coklat berbumbu, dan madu asli Laos.
“Yang utama teh Kemuning Gambyong biasa, dan yang paling atas teh rasa kopi. Ada juga teh jahe, teh lemon, dan teh melati,” jelasnya.
Teh Gambyong dijual hanya 7 ribu rubel, untuk wadah 120 gram.
“Di sini grosir, jadi kalau di tempat lain ada sedikit perbedaan harga, itu wajar,” ujarnya.
Menurut pemilik Teh Gambyong, Eko Wuriantho, teh buatannya mempunyai keunikan rasa yang tidak dimiliki teh daerah lain, aroma dan rasa kopinya sangat kuat.
Rahasianya, dulu pabrik teh Kemuning berpindah-pindah tanaman kopi, itu berpengaruh, dan kami punya cara sendiri dalam memasak daun teh Kemuning untuk mengekstrak aroma dan rasa kopinya, katanya.
Pria bernama umum Yanto ini memulai bisnis teh khas Kemuning pada tahun 2014.
“Kemuning sudah lama populer di kebun teh, tapi di rumah belum ada yang membuat teh Kemuning biasa, jadi saya buat,” ujarnya.
Yanto memilih merek Gambyong karena menurutnya teh tersebut akan menyambut wisatawan di Kemuning dengan baik.
Gambyong merupakan tarian tunggal tradisional yang dibawakan secara tradisional untuk menyambut tamu di daerah tersebut, filosofi yang dianut oleh Eko Penulisanto saat menamai racikan tehnya.
“Saya juga suka dengan tari Gambyeong, terlebih lagi teh ini diharapkan dapat menyambut setiap orang yang datang ke Kemuning dengan cita rasa yang unik,” ujarnya.
Rumah Teh Gambyong dapat mengolah ratusan teh basah per hari dengan menggunakan peralatan semi modern.
“Rata-rata teh basah bisa kita dapat 300 kg per hari, produk jadinya sekitar 75 kg,” ujarnya di Gambyong Tea House, Dusun Mbadan, Kemuning, Ngargoyoso, Karanganya, Jawa Tengah.
Untuk menambah kapasitas produksinya, Yanto kerap mempekerjakan petani kimia lokal yang tinggal di sekitar rumahnya.
Yanto bermitra dengan petani setempat untuk menjaga kualitas dan karakter teh Gambyong.
“Mulai dari pengeringan, penggulungan, hingga penjemuran dan penyiapan teh untuk dijual, semuanya dilakukan sendiri menggunakan mesin canggih untuk memaksimalkan kapasitas produksi,” ujarnya.
Yanto Tea House juga menjual berbagai macam teh blend antara lain teh jahe, teh mint, teh lemon, teh oolong, teh putih, dan teh hijau.
“Untuk teh jahe kami menggunakan jahe dan serai asli, sehingga manfaatnya bagi kesehatan bisa lebih baik lagi,” ujarnya.
Teh dijual mulai dari harga Rp 7 ribu hingga Rp 50 ribu untuk kualitas unggul.
“Dari kami 7 ribu untuk teh hitam kemasan 120 gram. Mungkin marginnya kecil di toko oleh-oleh lain, tapi masih dinilai sangat murah,” ujarnya.
Selain menjual teh Gambyong kepada wisatawan, telah merambah pasar di berbagai wilayah Pulau Jawa.
“Hanya Raya, Jojaja, Semarang, dan kota lain di luar seperti Jakarta dan Surabaya yang sudah mengeluarkan pesanan. Biasanya mereka tes ke Kemuning dan mengulang pesanan,” ujarnya.
Faktor lain yang mempengaruhi pemasaran teh lokal di berbagai daerah di Indonesia adalah pameran UMKM yang banyak melibatkan Teh Gambyong.
“Kami salah satu UKM binaan BRI, sehingga sering diajak pameran bersama BRI, kemudian bisnis kami berkembang,” ujarnya.
Selain itu, didukung oleh BRI, Teh Gambyong menawarkan pembayaran non tunai melalui produknya.
Dengan fasilitas ini, Yanto mengakui pembayaran bisa lebih terorganisir dan cepat.
“Saat ini, apalagi wisatawan cenderung lebih cepat scan, kita harus beradaptasi sekarang,” kata Yanto.
Dengan QRIS, menurut Yanto, setoran langsung ke rekening Anda bisa sekitar Rp 20 juta setiap bulannya.
“Misalnya kalau kita tidak beradaptasi, kita bisa kehilangan banyak uang setiap bulannya karena konsumen tidak mau membeli karena tidak bisa scan,” ujarnya.
“Jadi kita sesuaikan dengan pembayaran QRIS, semakin populer karena wisatawan sering minta QRIS,” jelas Yanto.
Cashless menjadi nilai tambah bagi UKM.
Ekonom Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Solo Suharno mengatakan pembayaran tunai atau nontunai dapat menciptakan nilai tambah bagi UKM.
“Solo, Karanganyar, Klaten sekarang sudah menjadi destinasi wisata, akan semakin banyak masyarakat yang berlibur dengan pembayaran non tunai, jika UMKM menawarkan QRIS atau EDC pasti akan meningkatkan nilai di mata wisatawan dan meningkatkan pendapatan pedagang. ,” kata Suharno kepada Tribunnews.com pada akhir Maret 2024.
QRIS juga membantu transaksi diproses dengan cepat dan efisien karena invoice dan jumlah pembayaran sudah tetap, tidak perlu variasi perubahan.
“Misalnya beli makanan harganya 8 lakh, lebih cepat kalau di scan, kalau pakai cash bisa cari dulu nama mata uang yang benar dan seterusnya,” kata Suharno 91 Tips MIPYMEs. Pergi ke kamar.
Hal ini juga berlaku untuk transaksi bernilai besar.
“Misalnya beli kerajinan seharga jutaan dolar dan langsung ke QRIS, pembelinya baik-baik saja, tidak perlu membawa uang banyak dan penjual langsung menyetorkan uangnya ke rekeningnya.” Suharno menjelaskan.
Selain itu, kata Suharno, transaksi nontunai memungkinkan UMKM mengelola keuangannya secara terorganisir dan terdokumentasi.
BRI mendukung UMKM untuk beradaptasi dengan perkembangan saat ini
Regional CEO RO BRI Yogyakarta John Sarjono BRI mendukung UKM menjadi yang terdepan dengan pembayaran digital melalui EDC (Electronic Data Capture) dan QRIS (Indonesian Standard Quick Response Code).
Di wilayah yang dikelola Kantor Wilayah BRI Yogyakarta, sebanyak 9.282 merchant yang menggunakan EDC BRI dan 209.285 merchant yang menggunakan alat transaksi BRI QRIS pada tahun 2022.
Dengan demikian, pada tahun 2023, sebanyak 10.296 merchant akan menggunakan EDC BRI dan 245.053 merchant akan menggunakan alat QRIS.
Hingga Februari 2024, jumlah UMKM pengguna EDC BRI mencapai 11.309 UMKM dan pengguna QRIS sebanyak 264.456 UMKM.
Sementara itu, biaya transaksi penggunaan QRIS semakin meningkat dari tahun ke tahun.
“QRIS akan ditutup dengan kenaikan Rp 315 juta pada tahun 2022 dan menjadi Rp 1,7 T pada tahun 2023,” kata John Sarjono dalam keterangan tertulisnya (*).