Wartawan Tribunnews.com Asmoyo melaporkan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Harga bahan bakar minyak yang dijual Pertamina, baik seri Bertalite, Solar, dan Pertamax, baru akan naik pada Juni 2024, kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Sharif.
Kebijakan ini terus berlanjut meski harga minyak dunia sedang bergejolak akibat konflik di Timur Tengah antara Iran dan Israel.
“Masalah ini sudah kita bahas kemarin, jadi kami masih menjaga (harga BBM) sampai Juni, dan stok yang ada akan terus kami jaga,” kata Menteri Arifin di kantor Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi di Jakarta, Jumat Gunakan.” /4). /2024).
Menteri ESDM juga memastikan cadangan energi nasional, khususnya bahan bakar minyak, kini berada pada posisi aman.
Pratamina mengatakan, masyarakat yang terinformasi telah melakukan berbagai upaya untuk memperkirakan ketersediaan bahan bakar dengan harga tetap di masyarakat.
“Di Indonesia sendiri stoknya cukup untuk 17 hingga 30 hari. Pertamina sudah melakukan tindakan pencegahan jika terjadi kesulitan pasokan, terutama jika ada masyarakat yang datang dari daerah konflik,” jelas Arifin
Dari sisi pasokan, Indonesia juga sudah mengamankan impor minyak mentah dari berbagai negara. Seperti Arab Saudi dan Nigeria.
Al-Arifin menjelaskan: “Saat ini, kami mengimpor sekitar 240.000 barel minyak per hari dari berbagai negara, Arab Saudi, banyak negara lain, dan Nigeria.”
“Kemudian kita juga mengimpor BBM sekitar 600.000 barel per hari dari Singapura, kemudian dari Malaysia, dan satu lagi dari India,” lanjutnya.
Pemerintah berkomitmen menjaga harga BBM hingga Juni 2024.
Sebelum konflik Iran dan Israel, pemerintah kembali menegaskan komitmennya untuk menjaga harga bahan bakar yang dijual Pertamina.
Pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), baik subsidi maupun nonsubsidi, agar PT Pertamina bisa menopangnya hingga akhir semester I-2024.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erik Thuhr mengatakan alasan kuat menjaga harga BBM adalah untuk mengendalikan inflasi dan menjaga daya beli masyarakat.
“Pada saat yang sama, harga bahan bakar tidak naik, malah turun,” kata Eric dari Harvard. Dan itulah yang kami coba seimbangkan. Kantor Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Jakarta, Senin (4/3/2024).
“Tentunya kami yakin akan menjaga kesejahteraan, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi,” lanjutnya.
Menurut Eric, situasi perekonomian global saat ini menghadapi banyak tantangan.
Hal ini terlihat pada kondisi perekonomian negara-negara maju yang sedang mengalami resesi, seperti Jepang dan Inggris.
Oleh karena itu, kondisi perekonomian nasional harus tetap dijaga untuk menjaga stabilitas. Salah satunya adalah pengendalian harga BBM bersubsidi dan non-subsidi.
“Saat ini kita harus menjaga stabilitas ekonomi di Indonesia. Jepang sudah mulai krisis, Inggris sedang krisis, perekonomian Tiongkok sedang terpuruk, dan Amerika Serikat akan mengadakan pemilu pada bulan November. Jadi tentunya kita juga harus mengantisipasinya. ini. Dinamika masing-masing negara harus diterapkan,” tutupnya.