TRIBUNNEWS.COM – Sunhaji, penjual es teh yang viral usai dihina Guz Mifta, kini mendapat tawaran berangkat umrah.
Usulan itu muncul setelah video kejadian pesta itu viral di media sosial.
Mulai dari uang hingga tawaran umrah, Sunhaji mendapat banyak bantuan.
Namun Sunhaji mendapat tawaran serupa dari Guz Mifta.
Sunhaji menolak tawaran berbagai pihak dan lebih memilih memulangkan Gus Mifta.
Sunhaji mengucapkan kata-kata tersebut langsung kepada Gus Mifta.
Dalam pelukannya, Sunhaji Gus menyetujui tawaran Mifta untuk umrah gratis.
“Sekarang kamu pilih, haruskah orang lain yang menunaikan umrah atau ayahmu (Ghus Miftah) yang menunaikan umrah?” tanya Gus Miftah dari YouTube KH INFOTAINMENT, dikutip Kamis (5/12/2024).
Sunhaji tidak langsung menjawab setelah menanyakan pertanyaan ini.
Sunhaji terdiam sambil berpikir, lalu Gus Mifta melontarkan pernyataan lain kepada penjual es krim yang viral itu.
Kata Gus Mifta, “Kalau begitu, kamu, istri, dan mertuamu. Kalian bertiga. Hebat.”
“Aku bilang pilih pembayarmu atau pilih ayahmu? Jawabannya sama…” katanya.
Sunhaji mengatakan akan memilih imam Guz Miftah
“Ah,” kata Sunhaji.
Setelah itu Gus Mifta kembali mengatakan kepada siapa dari keluarga Sunhaji dia akan menunaikan umroh.
Menantu, mertua, dua orang anak, kata Gus Mifta. Kuasa Hukum Gus membenarkan Mayor Teddy menegur Mifta karena mengejek penjual es teh tersebut.
Sebelumnya, Sekretaris Kabinet Mayor Teddy memarahi Gus Mifta karena mengejek penjual es teh.
Video Gus Mifta menghina penjual es teh viral di berbagai platform media sosial.
Gus Mifta akhirnya meminta maaf usai viral menghina penjual es teh.
Tak hanya itu, Gus Mifta mendapat teguran dari Mayor Teddy.
Pengacara Gus Mifta, Herdian Saxono membenarkan hal tersebut.
“Beliau membenarkannya langsung,” kata Herdian seperti dikutip KH INFOTAINMENT di YouTube, Rabu (4/12/2024).
Gerdion tak kuasa menanggapi teguran Mayor Teddy kepada Gus Miftha.
Herdian meminta media menanyakan langsung kepada Gus Mifta.
Tanya langsung ke Gus, kata Herdian.
Herdian juga mengatakan, apa yang dilakukan kliennya bukan soal mertua, melainkan sekadar bentuk penularan.
“Ketika sebuah cerita atau narasi disiarkan, gaya bicaranya adalah ada yang berkata, ‘Oh, siaran keagamaan harus ada standarnya,’” kata Herdian.
“Mereka adalah influencer yang berpikiran seperti itu,” ujarnya.
(Tribunnews.com/Indah Aprilin)