Laporan reporter Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemerintah menyiapkan beberapa strategi untuk mendorong penggunaan kendaraan listrik di Tanah Air yang direncanakan mencapai 15 juta kendaraan pada tahun 2030.
Staf khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bidang percepatan pembangunan industri sektor energi dan sumber daya mineral, Agus Tjahjana mengatakan, pemerintah menargetkan 2 juta kendaraan listrik roda empat dan 13 juta kendaraan roda dua. . . – kendaraan listrik beroda.
Target tersebut diharapkan dapat menghemat energi sebesar 29,79 juta Barrel Oil Equivalent (MBOE) dan mengurangi emisi gas buang sebesar 7,23 juta CO2.
“Tujuan ini merupakan bagian dari strategi percepatan program kendaraan listrik dan ekosistemnya, serta mempercepat transisi energi menuju Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060,” kata Agus dalam keterangannya dikutip Jumat, (24/24). /2019) 5). /2024).
Ia mengatakan, Indonesia telah melakukan strategi pengembangan rantai pasok ekosistem baterai kendaraan listrik, yakni memperkuat sektor hulu hingga hilir.
Mengingat, dari sektor hulu, Indonesia diberkahi dengan potensi nikel yang cukup besar untuk mendukung pengembangan industri ekosistem mobil listrik.
“Saat ini pengolahan bijih nikel dan nikel serta kobalt sulfat sudah ada. Proyek selanjutnya yang perlu dilaksanakan dan digalakkan adalah pembuatan prekursor baterai, katoda, sel baterai dan baterai, dengan menggunakan industri charger listrik dan daur ulang baterai sebagai bahan bakunya. bagus. Itu sudah ada,” jelasnya.
Di Indonesia sendiri, Agus menjelaskan, terdapat sembilan perusahaan yang mengolah bijih nikel dan nikel serta kobalt sulfat yang merupakan salah satu bahan pembuatan baterai kendaraan listrik.
Empat perusahaan di antaranya sudah beroperasi, tiga dalam tahap konstruksi, dan sisanya masih melakukan studi kelayakan.
Industri baterai kendaraan listrik roda empat di Karawang telah beroperasi dengan kapasitas 10 GWh pada bulan ini, tambahnya.
Selain itu, dari sektor hilir, tambah Agus, ekosistem kendaraan listrik harus didukung oleh infrastruktur pengisian daya yang kuat.
Tercatat pada April 2024, jumlah stasiun pengisian daya yang tersedia mencapai 1.566 unit, sedangkan unit battery swap sebanyak 1.772 unit.
Namun, Agus mengatakan, untuk mencapai hal tersebut diperlukan kerja sama semua pihak, baik pemerintah, swasta, akademisi, masyarakat, dan mitra internasional.
“Tujuan transisi energi sangat menantang dan ambisius karena memerlukan teknologi inovatif rendah karbon, industri pendukung, pendanaan besar, serta komitmen dan kerja sama yang kuat dari semua pihak,” tutupnya.