Tantangan Pengembangan Bioetanol di Indonesia Masih Andalkan Bahan Pangan

Reporter Tribunnews.com Lita Febriani melaporkan

BERITA TRIBUNE.

Pertamina juga berkomitmen mendukung upaya pemerintah mencapai net zero emisi melalui dekarbonisasi aset dan pembuatan peta jalan pembangunan bisnis ramah lingkungan.

SVP Business Development PT Pertamina (Persero) Wisnu M Santoso mengatakan Indonesia akan mencapai net zero emisi, khususnya pada potensi bioenergi.

“Dari segi bioenergi, Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar dibandingkan dengan 32,6 gigawatt bioetanol yang berasal dari kelapa sawit, gula bit, dan lain-lain,” kata Wisnu pada Seminar Tantangan GIIAS 2024. dan Implementasi Bioetanol di Indonesia, ICE BSD, Tangerang, Banten, Rabu (24/7/2024).

Wisnu menjelaskan tantangan utama pengembangan bioetanol di Indonesia adalah bahan bakunya masih bergantung pada bahan yang diperoleh dari makanan.

“Melihat sumber utama bioetanol, gula bit dan jagung banyak digunakan sebagai bahan baku,” kata Wisnu.

Saat ini, Pertamina sudah siap memproduksi bioetanol dan mendistribusikannya ke pengguna di Indonesia.

“Melalui Technology Innovation Group, Pertamina menciptakan solusi alternatif produksi bioetanol dengan lebih banyak bahan baku yang lebih murah, berkelanjutan dan diharapkan tidak bersaing dengan pangan,” ujarnya.

Untuk mendukung produksi bioetanol, pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden No. 40 Tahun 2023 tentang fasilitasi swasembada gula nasional dan penyediaan bioetanol sebagai bahan bakar nabati.

Aturan ini dijelaskan lebih lanjut dalam Peta Jalan Menko Perekonomian Tahun 2023 untuk Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel).

Dida Gardera, Deputi Menteri Koordinator Pangan dan Pertanian Kementerian Perekonomian, mengatakan pada tahun 2030, produktivitas gula bit diharapkan mencapai 93 ton/ha dengan perluasan areal menjadi 700.000 hektar. 11,2 persen dari produksi bioetanol sebesar 1,2 juta kiloliter pada tahun 2011.

“Penyediaan lahan budidaya tebu untuk swasembada gula dari hutan dan non hutan, melalui Perpres 40/2023”.

Selain itu, diperlukan dukungan semua pihak untuk memfasilitasi perluasan tambahan 700.000 hektar, termasuk areal peruntukan PTPN III seluas 179.000 hektar. Potensi lahan Pulau Jawa seluas 67.000 hektar, dan total potensi lahan 1,7 juta hektar,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *